Kamis, 29 Januari 2009

Tafsir Surat Kiriman Umum

Sillabus Tafsir Surat-Surat Kiriman Umum
Oleh: Makjen Petrus Simanjuntak, S.Th., M.Div


I. Penjelasan

Mata kuliah ini akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang isi dan makna dari kitab Surat-Surat Kiriman umum ( Ibrani, Yakobus, I & II Petrus, I, II & III Yohanes, Yudas).

II. Tujuan Umum

1. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami apa yang menjadi alasan penulisan setiap kitab Surat Kiriman umum.
2. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana gambaran atau isi dari setiap Surat Kiriman Umum.
3. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana pengajaran penulis yang terdapat disetiap kitab Surat Kiriman umum.

III. Tujuan Khusus

1. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan apa-apa saja yang menjadi latar belakang penulisan setiap kitab Surat Kiriman Umum.
2. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan apa-apa saja yang menjadi inti pengajaran para penulis dalam Surat Kiriman umum.
3. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menuliskan masing-masing satu khotbah dari setiap kitab Surat Kiriman Umum.




IV. Tugas-Tugas
a. Untuk Mahasiswa Baru (Semester I)
1. Membaca dua kali kitab Ibrani, Yakobus, I & II Petrus, I, II & III Yohanes, Yudas..
2. Membuat ringkasan setiap pengajaran dosen mata kuliah ini, diketik rapih dalam 10 halaman kwarto, 2 spasi dan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12 pt)
b. Untuk Mahasiswa Semester II s/d Akhir.
1. Membaca dua kali kitab Yakobus, I & II Petrus, I, II & III Yohanes, Yudas.
2. Membuat ringkasan setiap pengajaran dosen mata kuliah ini, diketik rapih dalam 15 halaman kwarto, 1 ½ spasi dan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12 pt)
3. Membuat satu khotbah tekstual dan satu khotbah ekspositori dari salah satu kitab Surat Kiriman Umum. ( diketik rapih dua halaman 1 spasi dalam kertas kwarto)

V. Garis-Garis Besar Mata Kuliah
A. Surat Ibrani
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Pendahuluan 1:1-4
A. Kristus lebih tinggi dari para Nabi 1:1,2
B. Kristus Cetakan Allah 1:3,4
II. Semua uraian utama diperkenalkan dan dijelaskan 1:5-10:18
A. Kristus lebih besar daripada; Alasan pendukung keunggulan 1:5-7:28
1. Lebih tinggi dari para malaikat 1:3-14
2. Keselamatan yang lebih besar dan peringatan terhadap kelalaian 2:1-4
3. Kristus sebagai manusia sempurna 2:5-18
4. Kristus lebih tinggi dari Musa 3:1-6
5. Keunggulan keamanan Kristus atas kemanan Israel di bawah Musa dan Yosua 3:7-4:13
6. Kristus selaku Imam Besar menurut cara Melkisedek, lebih tinggi dari Harun 4:14-5:10
7. Sebuah teguran karena kurang pengertian dan kurang dewasa 5;11-6:20
8. Imamat Melkisedek 7:1-28
III. Unsur-unsur kehidupan beriman 10:19-13:17
A. Gambaran tentang kehidupan beriman 10:19-25
B. Gambaran tentang orang-orang yang menolak Jalan yang brau dan yang hidup 10:26-30
C. Sejumlah teladan hidup beriman 11:1-40
D. Kristus, teladan utama kehidupan beriman 12:1-4
E. Kasih Bapa dikenal melalui penghajaran 12:5-11
F. Perilaku Kristen dibawah Perjanjian Baru 12:12-29
G. Kehidupan Kristen dalam praktik sehari-hari 13:1-17

IV. Penutup yang bersifat pribadi 13:18-25

B. Yakobus
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Salam 1:1
II. Aneka pencobaan 1:2-8
III. Kemiskinan dan kekayaan 1:9-11
IV. Pencobaan dan godaan 1:12-18
V. Penerimaan Firman 1:19-25
VI. Agama Sejati 1:26,27
VII. Perbedaan sosial dan hukum kerajaan 2:1-13
VIII. Iman dan Perbuatan 2:14-26
IX. Lidah 3:1-12
X. Dua macam hikmat 3:13-18
XI. Dunia dan Allah 4:1-10
XII. Menghakimi 4:11,12
XIII. Percaya diri yang berdosa 4:13-17
XIV. Hukuman bagi orang kaya yang tidak bermoral 5:1-6
XV. Bersabar sampai kedatangan kembali Kristus 5:7-11
XVI. Sumpah 5:12
XVII. Doa 5:13-18
XVIII. Membawa balik saudara seimn yang berdosa 5:19-20.

C. I Petrus

I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Penghiburan dn kepastian di dalam penderitaan 1:1-25
A. Salam 1:1,2
B. Kepastian dalam fakta-fakta yang diketahui dari Injil Kristus 1:3-12
C. Kepastian dalam kekudusn hidup yang disediakan Allah 1:13-25

II. Tanggapan berhati-hati tentang kekudusan praktis 2:1-3:22
A. dasar-dasar positif dan negatif dari kekudusan 2:1-3
B. Keterlibatan pembaca dalam masyarakat kudus, gereja 2:4-10
C. Hidup tanpa cela, jawaban terhadap penganyiayaan 2:11-3:13
D. Kemenangan ditengah penderitan tidak adil 3:14-22
III. Makna rohani dari penderitaan 4:1-19
A. Penderitan jasmani sebagai lambang matinya kehidupan daging 4:1-6
B. Hidup tersalib, ditandai oleh kasih Ilahi 4:7-11
C. Api penganyiayaan dilihat sebagai pengudusan 4:12-19
IV. Kasih Ilahi selaku pedoman hidup bergereja 5:1-11
A. Para Penatua harus memimpin dengan kasih 5:1-7
B. Iblis harus dilawan dengan kasih krunia Ilahi 5:8-11
V. Salam penutup dan berkat 5:12-14

D. II Petrus
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Pembaca di dorong untuk maju dalam kasih karunia 1:1-21
A. Salam dan doa untuk kemajuan rohani pembaca 1:1,2
B. Mengingat tentang realitas warisan rohani mereka 1:3,4
C. Tantangan untuk menggapai seluruh implikasinya 1:5-11
II. Peringatan Petrus tentang Bahaya Guru Palsu 2:10-22
A. Adanya guru palsu tidak bisa di elakkan 2:1-3a
B. Hukuman bagi guru palsu 2:3b-9
C. Ciri-ciri guru palsu 2:10-22
III. Kedatangan Kristus kedua kali mengharuskan penaklukan Rohani 3:1-18
A. Kedatangan Kristus dalam kemuliaan sudah diketahui 3:1,2
B. Objek keraguan 3:3-9
C. Mengandung bencana 3:10
D. Perangsang untuk hidup kudus 3:11-18a
IV. Berkat Rasuli 3:18b)

E. I Yohanes
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I Pendahuluan 1:1-4
A. Oknumnya 1:1,2
B. Tujuan Penulisan 1:3,4
II. Syarat-syarat persekutuan 1:5-10
A. Penyesuaian dengan standar 1:5-7
B. Pengakuan dosa 1:8-10
III. Perilaku persekutuan 2:1-29
A. Sifat perilaku kita 2:1-11
B. Perintah dalam berperilaku: Pemisahan 2:12-17
C. Pengakuan Iman untuk perilaku kita: Penegasan 2:18-29
IV. Ciri-ciri persekutuan 3:1-24
A. Dalam kaitan dengan prospek kita – kemurnian 3:1-3
B. Dalam kaitan dengan kedudukan kita – kebenaran dan kasih 3:4-18
C. Dalam kaitan dengan doa – jawaban 3:19-24
V. Berbagai peringatan persekutuan 4:1-21
A. Peringatan tentang Roh-roh pendusta: Nabi palsu 4:1-6
B. Peringatan tentang Roh Kasih: Pengakuan palsu 4:7-21
VI. Penggerak persekutuan 5:1-21
A. Iman kepada Kristus yang dibuktikan oleh perilaku yang kita tunjukkan 5:1-5
B. Iman kepada Kristus yang dibuktikan oleh bukti kebenaran yang kita tunjukkan 5:6-12
C. Iman kepada Kristus yang dibuktikan oleh keyakinan yang kita tunjukkan 5:13-21
F. II Yohanes
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Pendahuluan 1-3
A. Penulis (1)
B. Alamat (1)
C. Salam (2,3)
II. Peringatan terhadap ajaran sesat 4-11
A. Isi ajaran sesat 4-6
B. Penyebab adanya ajaran sesat 7
C. Dampak-dampak ajaran sesat 8-11
III. Penutup 12, 13

G. III Yohanes
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Pendahuluan 1-4
A. Salam Pribadi 1
B. Ungkapan perasaan pribadi 2-4
II. Kewajiban untuk bersikap ramah 5-8
A. Upah dari Keramahan 5
B. Hasil dari keramahan 6
C. Alasan-alasan untuk bersikap ramah 7-8
III. Bahaya Keangkuhan 9-12
A. Contoh keangkuhan 9
B. Keangkuhan dikutuk 10
C. Keangkuhan dikontraskan 11,12
IV. Penutup 13-14

H. Yudas
I. Pengantar
1. Latar Belakang Penulisan
2. Tujuan Penulisan
3. Survey
4. Ciri Khas
II. Tafsiran
I. Identifikasi, salam dan maksud penulisan 1-4
II. Nasihat untuk waspada terhadap guru-guru palsu 5:16
III. Berbagai nasihat untuk orang Kristen 17-23
IV. Berkat 24,25


VI. Bagaimana Supaya Mendapat Nilai (A)
Hadir tepat waktu tanpa ada absen : 15%
Mengerjakan semua tugas tepat waktu dan benar : 40%
Mengerjakan Quis dengan benar : 20%
Mengerjakan ujian akhir semester dengan benar : 25%
Total Keseluruhan : 100% (Nilai A)

VII.Daftar Pustaka
1. Wiersbe Warren W, The New Testament Ekspository. Michigan, Grand Rapids.
2. J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab: Roma – Wahyu. (Jakarta: 2002). Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF
3. Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison (editor), The Wycliffe Bible Commentary Volume 3. (Malang: 2001) Gandum Mas Malang.
4. Tafsiran Alkitab Masa Kini: Matius – Wahyu. (Jakarta: 1992). Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF.
5. William Barclay Pemahaman Alkitab Setiap Hari “Ibrani”. (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1992)
6. _____________________________________________ “I& II Petrus”. (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1992)
7. _____________________________________________ “Yakobus”. (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1992)
8. _____________________________________________ “I, II, III Yohanes”. (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1992).
9. _____________________________________________ “Yudas”. (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1992).


IBRANI

Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik/ Yakin didalam Kristus
Tanggal Penulisan : 64-69 M (tidak dapat dipastikan)

Latar Belakang

Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris KJV--"mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.

Penulis

Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.

Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Sebagian teolog berkata bahwa penulis surat ini kemungkinan besar adalah Apollos, karena jika Paulus yang menulis surat ini maka seharusnya isinya senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Jadi dengan demikian menurut beberapa teolog di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.

Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah dibawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.

a. Bukti Eksternal:
1) Eusebius mengatakan bahwa, “Siapapun yang menulis surat ini, Allah tahu ini adalah kebenarn.” (mis. Bawa Paulus yang menulisnya.)
2) Bapa-bapa gereja Timur, secara tradisional dan mereka konservatif, menerima kepenulisan Paulus terhadap surat Ibrani (Clement dari Alexandria, Origen).
3) Bapa-bapa gereja Barat menolak kepenulisan Paulus terhadap surat Ibrani (Hippolytus dan Irenaeus).

b. Bukti Internal:
1) Ini adalah salah satu buku dalam Perjanjian Baru yang tidak menyebutkan nama penulisnya, namun bukti internalnya bisa menolong.
2) Penulisnya adalah seorang jenius dalam hal intelektual dan rohani dari abad I yang sangat dikenal oleh penerima surat.
3) Penulisnya adalah seseorang yang sangat faham tentang perbedaan doktrin kekristenan dan segala perkembangannya atas Yudaisme.
4) Layak dipertanyakan bila ada yang menolak kepenulisan Paulus, yaitu apakah ada sesuatu yang bertentangan kalau Paulus menulisnya.

b. Penulis alternatif: Apollos, Barnabas, Lukas, Priskilla, Sillas dsb.

d. Argumentasi yang dikemukakan untuk menentang kepenulisan Paulus:

1) Tidak ada namanya dalam kitab ini, dan dalam 2 Tes. 3:17, Paulus mengatakan ia adalah rasul untuk orang non-Yahudi, sehingga membuat janji-janji itu untuk jemaat-jemaat non-Yahudi;--Ia tidak mendasarkan argumentasinya untuk menjelaskan Yudaisme dengan kekristenan di atas otoritas kerasulannya, tetapi di atas otoritas Perjanjian Lama.

2) Style tulisan dan vocabulary ada banyak yang tidak ada dalam surat Paulus Argumentasi ini sangat lemah mengingat isi surat khusus mengandung banyak istilah P.L. yang tentu tidak dipakai kalau menulis surat kepada orang non-Yahudi.

3) Penulis adalah generasi pertama diantara orang-orang percaya (2:3) – bagian ini generasi pertama, bukan diterima oleh mereka; Wahyu hanya dapat dikuatkan oleh wahyu.

4) Perbedaan doctrinal – perbedaan audience membuat perbedaan subyek dan sekaligus perbedaan penekanan theological.

5) Cronology situasi – ini mungkin ditulis pada permulaan pemenjaraan Paulus kedua di Roma ketika Paulus masih optimis untuk mengunjungi penerima surat (13:23).

e. Petrus menunjukan bahwa Paulus menulis sebuah surat kepada orang Yahudi yang sulit dipahami (2 Petrus 3:15,16 band. 1 Pet. 1:1). Tidak ada bukti internal yang menyisihkan Paulus sebagai penulis; pada kenyataannya, ada banyak bukti yang menerima Paulus sebagai penulis sama dengan menerima Matius sebagai penulis Injil Matius. Tak seorangpun dapat membuktikan bahwa Paulus bukan penulis.




Tujuan

Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya

1. Untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya.
2. Untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan,
3. Untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

Survey

Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.

1. Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia --lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
2. Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
3. Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.

Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
(2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
(3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
(4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
(5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
(6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
(7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
(8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Tafsiran Surat Ibrani


I. Pendahuluan 1:1-4

Bentuk penulisan surat ini agak berbeda dengan bentuk penulisan surat-surat Perjanjian Baru lainya. Surat ini tidak dimulai dengan dengan salam atau kalimat-kalimat pembuka berupa salam dan pendahuluan. Penulis surat ini langsung kepada pokok pembahasannya, yaitu pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus di dalam hubungan dengan system imamat dan perjanjian yang lama.

A. Kristus lebih tinggi dari para Nabi 1:1,2
Pertanyaan tersirat yang dibahas di sini ialah: Siapakah juru bicara yang terakhir dan yang paling berwenang untuk Allah?
1. Kata Berulang kali πολυμερως atau bagian-demi bagian dan dalam pelbagai cara πολυτροπως, atau dalam banyak dan berbagai cara. Allah atau Jehovah berbicara pada zaman Perjanjian Lama melalui nabi-nabi, yang banyak diantaranya mengisahkan didalam tulisan mereka tentang cara bagaimana Dia berbicara dengan mereka. Προφεταις adalah sebuah istilah universal untuk semua orang yang dipakai Allah pada zaman Perjanjian Lama.
2. Pada zaman akhir ini merupakan terjemahan harafiah dari sebuah ungkapan Ibrani yang umum yang terdapat didalam Bilangan 24:14, mengandung nada-nada tambahan yang bersifat Mesianis. Allah telah berbicara kepada kita melalui seorang yang memiliki hubungan sebagai anak, sehingga memiliki wewenang penuh sebagai juru bicara. Didalam hubungan ini Kristus bersifat unik dan disini dijelaskan demikian dalam pengertian klasik, sebagai ditetapkan oleh Allah karena Ia adalah Anak. Dia adalah ahli waris dan juga pelaku penciptaan. Alam semesta, Bahasa Yunaninya ialah αιονες, atau zaman termasuk alam ruang (11:3).

B. Kristus Cetakan Allah 1:3,4

1. Cahaya kemuliaan. Pemancaran diri Allah sendiri ke dunia dalam Yesus Kristus. Dia adalah wujud hakiki Allah. Demikian pula, gambar wujud dipakai untuk menunjuk kepada kenyataan yang sama, seperti di Matius 22: 20 dimana kata ini mengacu kepada gambar pada uang logam Romawi. Kristus merupakan stempel atau cetakan (charakter) Allah; hakikat Allah. Maksudnya ialah bahwa Kristus adalah citra yang sebenarnya dari Allah. Jadi dengan demikian ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa kemuliaan Allah yang asli adalah milik Yesus.
2. Dia juga merupakan pencipta, baik sebagai sabda yang mencipta, maupun sebagai penopang segala yang ada. Penciptaan dan pemeliharaanya adalah oleh Allah didalam Yesus Kristus, dan Firman-Nya yang penuh kekuasaan. Sabda dari sang Putra ialah kuasa untuk memelihara dan menopang, namun kuasa yang mencipta ini mengubah diri-Nya untuk melaksanakan pelayanan yang lebih besar, yaitu pelayanan penebusan. Didalam melaksanakan pengudusan, atau penyucian dosa, Kristus membersihkan tumpukan dosa-dosa dan kenajisan seluruh dunia dengan disaksikan Allah. Didalam Kristus hukuman dosa kita sudah dihapuskan sepenuhnya dan penyucian disediakan. Dengan demikian kuasa dan kewenangan sebagai khalik dan pemikul dosa ini, Kristus menduduki tempat terhormat disebelah kanan Allah. Selaku imam besar dan pemikul dosa, Dia dapat memberikan penebusan yang sempurna. Karya-Nya sudah selesai, dan karena itu Dia dapat duduk selaku Anak Manusia, Dia menduduki tempat ini melalui tindakan Allah Bapa. Ini bukan tempat beristirahat, tetapi tempat kegiatan bagi perantara ilahi, imam besar dan juru syafaat. Selaku penggenapan dari Mazmur 110:1 Dia adalah Tuhan atas semuanya. Jadi ayat ini juga memberitahukan kepada kita bahwa kerajaan terakhir adalah milik Allah.
3. Kontras pertama yang menunjukkan keunggulan Kristus kini diperkenalkan. Ide tentang kontras dengan pengertian jauh lebih tinggi (κρειτον, unggul, menjadi yang unggul dari yang lain) dipakai tiga belas kali. Malaikat penting karena bertugas menyampaikan amanat Allah kepada manusia, mulai dari pemberian Hukum Taurat di Sinai hingga bantuan diberikan kepada Daniel dan para nabi yang kemudian, para utusan Allah ini melayani Allah, tetapi mereka adalah bawahan-Nya. Kristus lebih tinggi dari para malaikat dalam hal pribadi, nama, fungsi, kuasa dan martabat-Nya. Mengenai nama-Nya, hanya Dia yang dapat menyelamatkan orang yang terhilang (Kisah Para Rasul 4:12) dan nama-Nya merupakan nama diatas segala nama (Filipi 2:10). Oleh nama itu reputasi-Nya ditetapkan, sebab nama-Nya adalah nama yang perkasa.


II. Semua uraian utama diperkenalkan dan dijelaskan 1:5-10:18

A. Kristus lebih besar daripada; Alasan pendukung keunggulan 1:5-7:28

Pokok pikiran yang diperkenalkan di 1:4 kini diperluas dengan tujuh kutipan dari Perjanjian Lama. Diantara tujuh kutipan ini, lima diantaranya menunjukkan keunggulan Kristus.

1. Lebih tinggi dari para malaikat 1:3-14
Pada bagian ini penulis Ibrani menunjukkan bahwa Yesus lebih unggul dari para malaikat. Bahwa penulis menganggap perlu membuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus lebih tinggi dari para malaikat, dimana banyak orang Yahudi khususnya mazhab Saduki menganggap bahwa malaikat memiliki tempat dan peranan yang penting sebagai pengantara penyataan Allah kepada umat-Nya.
Pada waktu itu kepercayaan kepada malaikat semakin kuat, manusia makin lama makin kagum terhadap keutamaan Allah. Manusia semakin menyadari jarak dan perbedaan yang ada diantara manusia dan Allah. Akibatnya ialah manusia lalu menganggap malaikat menjadi perantara mereka dengan Allah. Mereka percaya bahwa malaikatlah yang menjembatani jurang antara manusia dan Allah, bahwa Allah bersabda dengan perantaraan malaikat, dan bahwa malaikat menyampaikan doa manusia kepada Allah. Proses ini dapat kita lihat dalam satu contoh berikut: Dalam Perjanjian Lama hukum Allah diberikan langsung kepada Musa, tanpa perantara. Tetapi pada zaman Perjanjian Baru orang Yahudi berkeyakinan bahwa Allah memberikan hukum-Nya lebih dahulu kepada para malaikat; dan para malaikat itulah yang kemudian meneruskannya kepada Musa, karena hubungan langsung antara Allah dan Manusia dianggap tidak mungkin terjadi (Kis 7:53; Gal 3:19).
Kata Bahasa Yunani untuk malaikat ialah ανγγελοι yang artinya pembawa berita. Jadi para malaikat adalah benar-benar pembawa sabda Allah serta pelaksana kehendak Allah dalam dunia manusia.
Yesus jauh lebih tinggi dari para malaikat karena Yesus adalah Anak Allah. Malaikat tidak pernah disebut sebagai Anak Allah. Selanjutnya penulis Ibrani menunjukkan bahwa semua para malaikat menyembah Dia. Ini merupakan kutipan dari Ulangan 32:43. hal ini menunjukkan kepada kita bahwa malikat adalah mahluk ciptaan maka pastilah lebih rendah daripada sang pencipta. Malaikat adalah pelayan dan melayani yang lebih tinggi dari dia yaitu sang penciptanya.
Kita juga dapat melihat bahwa Yesus Kristus disebut sebagai Allah dan sebagai raja, atau sebagai yang berdaulat. Sebagaimana dijanjikan dalam Perjanjian Allah dengan Daud, disini ada putra Daud yang lebih besar sedang memerintah sebagai raja, dan pemerintahan-Nya bersifat abadi. Ciri dari kepemimpinan-Nya sebagai raja ialah adanya keadilan, kebenaran dan kebencian akan kefasikan – sifat-sifat yang hanya mungkin dimiliki oleh suatu pemerintahan yang benar. Didalam kedudukan ini Kristus melebihi atau unggul terhadap segala bentuk kekuasaan yang lain, dan secara khusus terhadap malaikat. Didalam menduduki kedudukan mulia dan terhormat ini, Allah telah mengurapi Kristus dan bukan menugaskan Dia, dan pengurapan tersebut ialah pengurapan pemenang yang memerintah untuk selama-lamanya.
Penulis Ibrani juga mengutip Mazmur 102:25-27 yang berbicara tentang Kristus sang Putra yang selaku khalik telah menciptakan dunia yang bersifat tidak berubah diantara segala sesuatu yang berubah. Kenyataan ini juga melukiskan suatu kontras yang tajam antara Kristus dan malaikat. Mereka atau malaikat diciptakan dalam bentuk jasmani yang melayani dunia selaku utusan Allah. Kristus bersifat kekal, melampaui dunia, karena Ia ada sebelum dan sesudah dunia diciptakan. Penjelasan ini diambil dari sebuah Mazmur yang oleh para penafsir dari kalangan para Rabi tidak dianggap sebagai Mesianis. Dengan digunakan sedemikian ini oleh penulis maka mazmur ini lebih lanjut menggambarkan keunggulan Kristus. Tahun-tahunmu tidak berkesudahan. Tahun-tahunmu tidak akan pernah berakhir atau berhenti berlanjut.
Kristus lebih unggul dari para malaikat, dimana para malaikat tidak pernah disuruh duduk disebelah kanan Allah. Kristus kini duduk disana sebagai penguasa dan raja yaitu Dia yang adalah Allah-Manusia, Mesias abadi yang tidak pernah berubah. Dia akan terus duduk disitu hingga puncak kemenangan-Nya, yaitu ketika musuh-musuh-Nya dijadikan menjadi tumpuan kai-Nya. Konsep ini mengacu balik kepada Yosua yang meletakkan kaki-Nya diatas tengkuk para raja yang dikalahkan sebagai tanda kemenangan mutlak. Jadi nas ini memberi harapan kepada semua orang percaya bahwa Kristus akan menang atas semua bentuk ketidakbenaran.
Semua malaikat sebagaimana ditunjukkan oleh kata-kata mereka semua, bertugas melayani; tetapi pelayanan mereka merupakan pelayanan suci atau pelayanan λειθυργικα, dan melayani manusia. Jadi malaikat adalah roh-roh yang melayani orang-orang yang harus memperoleh keselamatan, atau orang-orang saleh.



2. Keselamatan yang lebih besar dan peringatan terhadap kelalaian 2:1-4
Dasar pikirannya sudah dikemukakan ketika menyebut keselamatan (1:14). Keselamatan ini adalah melalui Kristus. Putra yang dimuliakan dan diurapi. Oleh karena itu sangat jauh lebih penting untuk memperhatikan penyataan Allah, apa yang telah kita dengar adalah peringatan yang sangat serius, lebih serius dibandingkan dengan peringatan di Ulangan 4:9.
Ayat pertama didahului dengan ajakan untuk lebih teliti memperhatikan Injil supaya jangan sampai hanyut dibawa arus παραρζομεν artinya meninggalkan satu tempat yang pasti. Tidak ada bencana, pengaruh kekuatan atau situasi yang diizinkan untuk melemahkan pengharapan kita akan keselamatan ini. Sebuah perahu yang dilepaskan tanpa kendali dipastikan akan hanyut dibawa arus meninggalkan tempat berlabuhnya di seberang oleh arus air itu. Demikian pula berbagai arus didalam kehidupan bergerak menentang kita jika kita tidak teliti. Peringatan ini khusus ditujukan kepada orang-orang yang semula dimaksudkan menerima surat ini, dan berarti bahwa peringatan ini memang diperlukan.
Ayat dua ini sering dianggap menyulitkan penafsir masa kini, masalahnya penulis Ibrani seolah-olah mengatakan bahwa malaikat-malaikat menyampaikan pesan Allah khususnya yang hubungan dengan hukum-hukum atau torah. Tetapi sebenarnya apa yang dilakukan oleh penulis Ibrani disini bukan mau mengatakan hal itu, namun mengingat seperti yang kita bahas dalam fasal satu bahwa banyak Yahudi dan para rabi-rabi Yahudi dalam masa Perjanjian Baru menganggap hubungan Allah dengan manusia sangat jauh dan malaikatlah sebagai jembatan yang mejembatani manusia dengan Allah. Jadi apa yang digambarkan oleh penulis Ibrani disini menunjukkan sebuah alasan gaya para rabi dimana Allah memberikan Hukum Taurat melalui para malaikat dan pemberian Allah yang dibawa Kristus lebih besar yaitu berupa Injil. Hukum Taurat dipertahankan dengan berbagai hukuman keras (Imamat 10:1-7; Bilangan 16; Yos 7). Didalamnya terkandung berbagai hukuman yang pasti dilaksanakan. Diayat tiga kita melihat bahwa jika ketetapan hukum Taurat dijaga dengan demikian brsemangat, betapa terlebih lagi amanat Injil harus dijaga. Amanat Injil diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus, dan dibuktikan oleh orang-orang yang telah mendengar Dia, yang berfungsi selaku saksi-saksi langsung. Dengan demikian amanat Injil itu tetap berlaku dan dapat dipercayai. Oleh karena itu, bagaimanakah kita akan luput jika menyia-nyiakan keselamatan yang demikian besar? Tidak mungkin ada yang bisa lolos sebab amanat tersebut memiliki kesempurnaan transenden dan kepentingan abadi. Amanat yang lebih besar berarti hukuman akibat mengabaikannya juga lebih besar.
Pada ayat empat kita melihat bahwa Allah sendiri ikut menjadi saksi dengan tanda-tanda ςεμεια, mukjizat-mukjizat (τερατα) dan berbagai-bagai penyataan kekuasaan (διναμεις). Semua ini merupakan bukti penguat yang sama sekali tidak boleh diabaikan dalam mempertimbangkan keaslian Injil. Bukti-bukti tersebut kemudian diperluas dengan penganugerahan berbagai-bagai penyataan kekuasaan kepada orang-orang percaya. Tanda-tanda mukjizat dan penyataan kekuasaan tersebut dicatat dengan benar didalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Karunia-karunia yang dianugerahkan dapat dijumpai dalam Roma 12:13; 1Korintus 7:7; 1 Korintus 12. saksi yang tidak kalah kuatnya ialah kesatuan orang-orang percaya dari bangsa atau suku manapun mereka berasal. Kesimpulannya jelas. Allah ada didalam Kristus dan didalam Injil. Jadi karena itu amanat tentang keselamatan harus diperhatikan. Kalau tidak menaruh perhatian berarti terkena ancaman hukuman. Demikian keadaannya saat ini.


3. Kristus sebagai manusia sempurna 2:5-18
Setelah menyampaikan sebuah peringatan, penulis melanjutkan lagi penjelasan
teologisnya. Pokok pembahasan saat ini ialah kemanusiaan Kristus dan tindakan
merendahkan-Nya yang dipusatkan pada ungkapan, Engkau telah membuatnya ... sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat ( ayat, 7).
Dalam ayat lima kita menemukan perkataan dunia yang akan datang (οικυμενε τεσ μελλουσαν). Dunia yang didiami pada masa depan; dunia yang akan datang bagi generasi penerima surat ini dan juga akan datang bagi kita. Dunia ini tidak akan tunduk kepada para malaikat tetapi sepenuhnya akan tunduk kepada Kristus dan juga kepada orang-orang yang sudah ditebus. Ketika Kristus bersama dengan orang-orang kudus-Nya memerintah di dalam keselarasan yang sampai sekarang belum diketahui, akan ada satu keadaan yang sama sekali baru.
Ayat enam sampai sembilan adalah merupakan sebuah kutipan dari Mazmur 8:5-7 yang dimulai dengan subyek. Ada orang, yang tidak tentu. Kutipan ini merupakan bukti dari pernyataan mengenai dunia yang akan datang. Kutipan ini menegaskan kemanusiaan sang Putra, yang telah dijadikan sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, untuk mengalami maut bagi semua manusia. Kini Dia ditinggikan dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat sebab di dalam keadaan sebagai manusia Dia telah merendahkan diri-Nya sampai mati (Filipi 2:5-8). Karena penderitaan-Nya itu Dia kini ditinggikan. Karena Dia merendahkan diri-Nya untuk sesaat lamanya dengan keterbatasan manusia, kini Dia dimahkotai dengan kemuliaan.
Ayat sepuluh kembali menunjukkan bahwa Dia benar-benar menderita dan melalui penderitaan ini pengalaman-Nya sebagai manusia menjadi sempurna. Dia mencicipi keseluruhan hidup sebagai manusia, sejak lahir hingga mati dengan demikian Kristus disempurnakan melalui penderitaan, dan karena itu Ia dapat ikut merasakan kebutuhan setiap orang. Karena Ia menderita, Dia sekarang sepenuhnya memenuhi syarat untuk melayani dengan memimpin manusia kepada keselamatan.
Ayat sebelas menunjukkan kepada kita bahwa selaku Putra Allah yang diutus oleh Bapa menjadi manusia, Kristus tidak ragu-ragu untuk menyatukan diri-Nya dengan umat-Nya. Kita adalah saudara-saudara-Nya. Yesus Kristus yang menguduskan, dan orang-orang percaya yang dikuduskan adalah satu.
Ayat dua belas dan tiga belas merupakan sebuah ilustrasi lanjutan tentang kesatuan juruselamat dengan orang-orang yang diselamatkan. Hal ini dikemukakan dengan mengutip nats-nats Perjanjian Lama yang berkaitan, yaitu dari Mazmur 22:23; Yesaya 8:17, 18. ayat-ayat ini seakan-akan membuktikan bahwa Tuhan Yesus Kristus dengan orang-orang Kristen memang bersaudara. Dan Ia tidak malu menyebut mereka saudara (ay. 11). Kutipan dari Yesaya digunakan secara tipologis.
Ayat empat belas dan lima belas berbicara tentang kekalahan iblis dan maut menunjukkan bahwa karya pendamaian Kristus berhasil. Tetapi bukan hanya ada kekalahan, melainkan juga kelepasan. Walaupun ketakutan dapat memperbudak, dan takut mati sudah sejak dahulu menghantui umat manusia, Kristus telah menyelesaikan masalah ini melalui kematian dan kebangkitan-Nya sendiri. Sebagai manusia Ia telah mati, Dia mendapat bagian didalam darah dan daging dan karena itu Ia mati. Tetapi melalui kematian-Nya ada kelepasan. Oleh karena itu kuasa Iblis telah dijadikan tidak berdaya (καταργεο) dan karya pendamaian Kristus benar-benar telah memuaskan Allah (Yesaya 53:11). Betapa besar kemenangan yang dimiliki oleh semua orang yang percaya kepada-Nya! Iblis dan maut telah dikalahkan sehingga ketakutan kepada maut kini sudah tiada lagi! Orang yang bebas didalam Kristus memang sungguh-sungguh merupakan orang yang paling bebas di dunia ini.
Ayat enam belas sampai delapan belas Kristus dibicarakan sebagai yang menduduki tempt yang utama, yakni pelayanan Kristus selaku imam besar. Didalam jabatan ini kembali dilihat keadaan Yesus sebagai manusia, tetapi disini makna sepenuhnya dari jabatan Kristus selaku imam besar baru disinggung secara sekilas saja. Sementara itu, Dia melayani dan memberikan pertolongan kepada manusia dengan cara yang disamakan dengan saudara-saudara-Nya. Hal ini dapat Ia lakukan sebagai Saudara Sulung dan pemimpin keselamatan mereka. Dua kata menunjukkan sifat menolong dalam fungsi sebagai imam besar, yaitu belas kasihan (ελεεμον) dan setia (πιστος). Terhadap manusia Kristus penuh belas kasihan, terhadap Allah Dia setia. Sesungguhnya, kemurahan dan kebenaran bersatu didalam diri-Nya. Kesetian-Nya tanpak didalam keteguhan-Nya ketika mengalami pencobaan yang merupakan bagian dari penderitaan-Nya. Kini Dia dapat memberikan bantuan kepada semua orang yang dicobai sebab Ia sendiri telah lulus dari ujian yang sama dan menang, dan selaku manusia Dia mengetahui segala kebutuhan kita. Mendamaikan dosa seluruh bangsa. Lihat I Yohanes 2:2; 4:10; Roma 3:5).

4. Kristus lebih tinggi dari Musa 3:1-6
Sekarang diperkenalkan suatu perbandingan dari dua peragaan kesetiaan, dan untuk pertama kalinya para pembaca secara langsung disapa dengan istilah saudara-saudara yang kudus. Persamaan susunan antara pasal 1 dan 2 dengan pasal 3 dan 4 tampak jelas.
Ayat satu dan dua merupakan ide kunci untuk memahami surat Ibrani secara keseluruhan, yaitu tentang pandanglah Dia. Ini terjemahan dari κατανοεσατε yang artinya memperhatikan dengan cermat, pusatkan perhatian, tandai dengan dengan penuh perhatian. Pokok pemikiran ini muncul kembali di 12:3. di 3:1, 2 yang ditekankan ialah Kristus sebagai teladan kesetiaan; di 12:3 yang ditekankan adalah ketekunannya menanggung. Disini saudara-saudara yang kudus didorong untuk memandang kepada Kristus sebagai rasul (utusan dan ini unik sebab hanya dalam bagian ini Yesus disebut Rasul sepanjang PB) dan Imam Besar, sebuah jabatan yang dijelaskan makin lama makin lengkap kepada pembaca.
Dalam ayat tiga sampai lima kita melihat kiasan yang umum dipakai yaitu tentang rumah. Dimana perbedaan antara Kristus dan Musa? Kristus membangun rumah, Musa melayani di rumah itu. Dengan cara yang sama, Perjanjian Lama diperhadapkan secara sekilas dengan Perjanjian Baru, akan tetapi yang ditekan adalah kesetiaan. Didalam kedudukan yang tanpa tandingan Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya (ay 6).
Rumahnya ialah kita (ayat enam) hal ini mengacu kepada orang percaya yang ditebus oleh Allah, yang imannya adalah iman yang berkesinambungan. Iman mereka dinyatakan dalam tindakan mereka teguh berpegang pada kepercayaan (παρρεσιαν, keberanian untuk mengemukakan pendapat, sehingga menunjukkan keyakinan yang penuh sukacita) yang kemudian menghasilkan pengharapan yang kita megahkan didalam Sang Anak. Kristus adalah obyek dan juga dasar dari kepercayaan dan pengharapan mereka. Sampai kepada akhirnya, yaitu sampai pengharapan menjadi kenyataan.

5. Keunggulan keamanan Kristus atas kemanan Israel di bawah Musa dan Yosua 3:7-4:13

Dasar keamanan adalah iman. Hal ini berlaku bagi orang-orang Israel ketika mereka masuk ke Kanaan, dan juga berlaku bagi orang-orang beriman saat ini. Keamanan oleh iman memiliki makna sekarang dan akan datang. Mazmur 95: 7-11 dipakai untuk menunjukkan bagaimana ancaman dan janji berkaitan dengan keamanan orang Israel di Kanaan. Syarat untuki masuk kenegeri yang dijanjikan adalah ketaatan.
• Dalam ayat 7-11 menunjukkan bahwa angkatan padang gurun menanggung akibat dari ancaman yang diberikan oleh Allah. Kemusnahan mereka di padang gurun bukan merupakan sebuah peristiwa kebetulan (Bilangan 14 dan 21). Sebagaimana dikemukakan oleh Mazmur (95) ini, bani Israel ketika menantang otoritas tertinggi Allah dengan pemberontakan mereka di padang gurun (Bilangan 20). Pelajaran yang disajikan jelas. Ketaatan yang benar-benar berasal dari hati lebih daripada hanya menerima perintah saja. Satu angkatan bangsa Israel musnah karena mereka memberontak dalam ketidaktaatan yang disengaja dan hal ini dilakukan sekalipun mereka penyataan penuh di Sinai.
• Dalam ayat 12 kita melihat kebenaran Mazmur 95:7-11 diberi penerapan yang relevan untuk masa sekarang (bagi pembaca asli surat ini). Pengabaian dan ketidaktaatan yang disengaja, yaitu, yang hatinya jahat dan tidak percaya, dapat membuat orang tidak memenuhi syarat atau murtad dari Allah. Peringatan ini dibuat untuk perseorangan dan pribadi untuk mendorong mawas diri. Ada tersirat perbedaan nyata antara kesetiaan Kristus dengan ketidaksetiaan mereka yang murtad. (αποστηναι, yang memiliki arti yang hampir sama dengan sesat Apostase.) kata ini dalam KJV diterjemahkan Departing, atau keluar, atau berpaling. Jadi kemurtadan tersebut adalah berpaling dari Allah yang hidup, yang memberikan hukuman. Jadi peringatan ini menjadi lebih tajam.
• Ayat 13-19, menunjukkan bagaimana jalan untuk menghindari hukuman adalah melalui pemberian nasihat setiap hari. Mereka disuruh untuk saling menasihati dan saling memperingatkan supaya jangan ada yang mengeraskan hati dan tidak mau percaya seperti yang diutarakan pada ayat 12. dengan saling menasihati seperti seperti itu dan karenanya saling membangkitkan semangat untuk tetap beriman dan taat, maka orang-orang Kristen menunjukkan bahwa mereka telah beroleh bagian di dalam Kristus yaitu berkat-berkat dari perhentian yang telah dijanjikan. Ukuran untuk mengetahui adanya hati yang percaya adalah teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman. Generasi padang gurun gagal memasuki perhentian Kanaan (ay, 19) karena ketidakpercayaan (απιστιαν, unbelief) mereka. Adakah cara yang lebih tegas lagi untuk mengemukakan peringatan ini?. Perhatikan bahwa bangsa Israel yang gugur di padang gurun hanya menyisakan dua orang juru bicara, hanya dua wakil dari angkatan mereka yang tidak beriman yang karenanya merupakan angkatan yang diam – Kaleb dan Yosua. Dan Iman dua orang tersebut yang melindungi mereka dan berbicara kepada hati kita bahkan hingga saat ini. Angkatan yang binasa itu gagal karena dua hal (1) kekerasan hati, dan (2) ketidakpercayaan. Keadaan ini telah menyeret mereka kedalam kesalahan dan akhirnya kedalam hukuman. Ketidak percayaan mereka termanifestasi didalam sikap yang masih sering kelihatan. Mereka menggerutu atau mengeluh; mereka membuat rencana tandingan dan berusaha mengganti pimpinan yang ditetapkan oleh Allah; mereka secara terbuka memberontak kepada Allah; mereka menyatakan tidak puas dengan pemeliharaan Allah; dan akhirnya mereka dengan enggan menerima rencana Allah bagi mereka. Kisah mereka dengan jelas tercantum di Bilangan 14-21 dan diterangkan di Mazmur 95 merupakan bahan yang cocok bagi penulis surat Ibrani untuk memberikan peringatannya yang berulang-ulang terhadap soal kekerasan hati dan ketidakpercayaan seperti yang ditunjukkan oleh angkatan yang binasa itu.

• Selanjutnya 4:1-10 masih dalam satu alur pembahasan dengan yang diatas. Hal ini berbicara tentang teladan dari pengalaman di padang gurun tersebut langsung dikenakan kepada kehidupan orang-orang pada zaman penulis surat ini. Sikap hati para pembacanya dibahas dalam hubungannya dengan perhentian iman sebuah istilah yang seringkali dipakai dalam kaitan dengan bagian ini. Terdapat dua pandangan yang tetap bertahan mengenai perhentian yang dijanjikan untuk masa depan sebagai perhentian surgawi, atau masuk kedalam kerajaan Allah. Pandangan yang kedua memberikan lebih banyak penekanan pada perhentian yang dijanjikan untuk masa depan, sekalipun yang terakhir ini bukan dikesampingkan. Perhentian iman ini dibicarakan sebagai suatu penyerahan diri yang penuh, yang dianggap sebagai pengalaman yang unik. Pandangan yang kedua menekankan realitas sekarang dari perhentian iman sebagai tindakan berhenti bekerja sehingga si orang percaya dapat berhubungan lebih erat dengan Kristus.

Ayat 1, 2. menunjukkan bahwa perhentian yang dijanjikan masih tersedia. Janji Allah tidak terbatas pada angkatan padang gurun. Hanya kegagalan untuk tetap teguh berpegang pada iman saja yang membatasi seseorang untuk masuk kedalam perhentian ini. Ini merupakan penerapan langsung dari peringatan terhadap ketidak percayaan pada pernyataan-pernyataan sebelumnya. Iman si orang percaya yang digunakan dalam kaitan dengan janji Allah menjamin masuknya orang itu kedalam perhentian tersebut. Ayat 3-4 menunjukkan dua perhentian, disini penulis Ibrani membahas ketenangan rohani bagi orang-orang percaya penerima surat ini yang dianyiaya dan tergoda. Ini merupakan suatu pengalaman yang dapat dinikmati saat ini – kita yang beriman akan masuk ketempat perhentian. Pernyataan ini merupakan pembangkit semangat bagi orang-orang Kristen yang menghadapi kesukaran. Perhentian kedua atau perhentian sabat kemudian diperkenalkan melalui anak kalimat. Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya. Inilah yang disebut perhentian hari ketujuh atau ςαββατισμος diayat 9. kemudian ayat 5-10 menunjukkan bahwa Allah telah menyediakan perhentian, dan perhentian ini harus dipergunakan atau dimasuki. Ketidak percayaan menghalangi jalan masuk kedalam perhentian; jadi perhentian ini hanya tersedia bagi orang percaya sejati. Yosua tidak memberikan perhentian ini hanya kepada angkatannya; oleh karena itu, perhentian yang dijanjikan ini masih terbuka. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian ... bagi umat Allah yang disediakan bagi orang-orang percaya saat ini. Itu adalah perhentian untuk sekarang dan juga masa yang akan datang yang tidak tergantung pada perbuatan baik, tetapi pada iman orang-orang percaya. Kemudian ayat 11 dikemukakan nasihat mengenai masuk ke dalam perhentian Allah. Ayat 12, 13. pemberian perhentian diperkuat oleh acuan kepada sabda Allah, yaitu acuan kepada Kristus sebagai Firman yang hidup dan kepada sabda yang yang tertulis. Ada lima hal yang dikemukakan mengenai Firman Allah (λογος του θεου): (1) Sabda itu hidup; (2) Sabda itu merupakan sabda yang berkuasa, atau energi yang mencipta; (3) Sabda itu memisahkan, bahkan dapat memisahkan hubungan yang paling erat sekalipun; (4) Sabda itu merupakan hakim atas pikiran yang terdalam; dan (5) sabda itu merupakan sarana melalui mana Allah secara langsung berhadapan dengan mahluk-Nya. Dengan cara inilah sabda Allah mengungkapkan manusia seutuhnya, terutama dalam kaitan dengan sikap hatinya dan iman percayanya, hal yang akan memampukan dia untuk masuk kedalam perhentian. Firman Allah memeriksa, menghakimi, dan menasihati orang lain untuk hidup kudus dan memiliki iman percaya.


6. Kristus selaku Imam Besar menurut cara Melkisedek, lebih tinggi dari Harun 4:14-5:10

Kini pokok pembahasan yang diperkenalkan di 2:17 dan 3:1 dikemukakan kembali untuk dibahas lebih lanjut. Disini pernyataan pembukaan mengenai Kristus di dalam tempat yang Maha Kudus dikemukakan. Yang akan dikemukakan selanjutnya ialah kontras antara tabernakel di bumi dengan tabernakel sejati yang surgawi, dan antara imamat Harun atau Lewi dengan imamat abadi Kristus, menurut peraturan Melkisedek. Disini tempat dan pelayanan Kristus dijelaskan.
• Ayat 14-16, Yesus Kristus berada di tempat Maha Kudus selaku imam besar kita. Haknya untuk memperoleh kedudukan tersebut dijamin oleh kematian (dan juga pecurahan darah) dan kebangkitan-Nya. Dia telah melintasi semua langit kedalam hadirat Allah. Dia berada disana bukan hanya sebagai Putra Allah; tetapi juga sebagai Anak Manusia. Didalam kesempurnaan kemanusiaan-Nya, Dia sangat mengenal kebutuhan dan kekwatiran, pencobaan dan kekwatiran, persoalan kita sebab Dia pernah dicobai tanpa tunduk kepada pencobaan itu. Dia tahu sepenuhnya tentang segala bentuk dosa. Pengenalan puncak-Nya akan dosa diperoleh ketika Dia mengambil alih segenap dosa kita untuk dipikul-Nya sendiri di Kalvari. Sekarang karena Dia berada dihadirat Allah, kita dapat menghampiri Allah dengan penuh keberanian. Takhta kasih karunia Allah telah diubah dari tahkta penghakiman menjadi tahkta kemurahan sebab darah Yesus telah dipercikkan atas tahkta tersebut. Simbolisme ini diambil dari tabut perjanjian di dalam Kemah Suci dan hari raya pendamaian (imamat 16). Simbolisme dan penggantian kebinasaan Perjanjian Lama ini dijelaskan pokok-demi pokok dalam uraian penulis selanjutnya. Untuk saat ini penulis menekankan kebenaran bahwa tersedia pertolongan bagi yang lemah kemurahan bagi yang hancur dan kasih karunia untuk mendapat pertolongan, sebab Kristus imam besar kita yang berada di tahkta Allah memenuhi segenap kebutuhan kita. Bantuan yang tidak berkeputusan ini tersedia bagi setiap orang percaya, tanpa diperlukan formalitas tertentu selain memanggil nama Tuhan.
• Pasal 5:1-10, menggambarkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki jabatan sebagai imam besar kini dibahas. Harun dijadikan teladan, sebab dia merupakan orang pertama yang menduduki jabatan ini.

Ayat 1 dan 2, Imam besar dipilih dari antara manusia untuk mewakili manusia kepada Allah. Kemanusiaan imam besar merupakan dasar yang menentukan. Dia juga ditetapkan atau dipisahkan untuk melayani Allah maupun manusia. Sebagai manusia, seorang imam besar dapat memahami kelemahan manusia sehingga dapat melayani mereka yang berbuat salah dan yang bodoh. Imam besar harus melayani orang berdosa disamping mewakili mereka. Dia juga harus mempersembahkan korban untuk menyucikan dosa-dosanya sendiri maupun dosa-dosa umatnya. Gambaran yang disajikan ialah seorang yang sepenuhnya terlibat dengan segenap persoalan manusia sebagai manusia. Ayat 3. sekalipun demikian kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang imam besar juga tidak dilupakan. Ketika dia mempersembahkan korban untuk dirinya sendiri, mewakili kebutuhan-kebutuhannya sendiri dihadapan Allah melalui darah persembahan kurban itu. Ayat 4 Harun sang imam besar, dipanggil oleh Allah untuk menduduki jabatan-Nya. Kedudukan tersebut tidak dicari atau diperolehnya sebagai hadiah. Dia ditugaskan oleh Allah. Nasib orang yang berusaha untuk menduduki jabatan ini tanpa ditugaskan Allah tampak dari pengalaman Korah (Bil 16:40). Ayat 5, 6. Demikian pula Kristus telah ditugaskan untuk menduduki jabatan ini. Penulis mengutip Mazmur 2:7 dengan diberi arti, Hari ini aku telah menetapkan kamu untuk menduduki jabatan sebagai imam. Dia sepenuhnya memenuhi syarat untuk menduduki jabatan ini dan Dia tidak mencari jabatan mulia ini oleh Allah Bapa. Kemudian ayat 7-10, bagian ini pengalaman Kristus sebagai manusia dilukiskan itu adalah pengalaman tentang belajar dan pengalaman tentang keterbatasan. Perendahan diri ini (Filipi 2:7) merupakan sifat Dia belajar untuk taat seperti halnya manusia yang lain. Melalui pengalaman ini Dia dilengkapi. Ini merupakan saat Dia hidup didalam daging. Acuan khusus di 5:7,8 adalah kepada masa penderitaan-Nya ketika ditaman Getsemani. Nats ini melukiskan penderitaan dengan memakai istilah doa, permohonan, ratap tangis dan keluhan. Musuh yang dihadapi-Nya adalah maut- baik secara jasmani maupun karena kedudukannya selaku pemikul dosa, secara rohani, sebab ketika itu Dia menanggung seluruh murka Allah yang seharusnya diterima oleh orang-orang berdosa. Permohonannya akan kelepasan akan dikabulkan sepenuhnya melalui kebangkitan bersamaan dengan pemberitaan bahwa maut telah dikalahkan. Melalui pengalaman ini Kristus mengenal ketaatan karena ia tidak mungkin mengenalnya melalui cara yang lain. Secara harafiah, Dia telah belajar dari hal-hal yang diderita-Nya (ayat 8). Setelah memenuhi syarat secara sempurna untuk menduduki jabatan selaku imam besar, Kristus menyediakan keselamatan yang abadi, yang aspek-aspek abadinya dihubungkan dengan imamat Melkisedek. Berbeda dengan Harun, Melkisedek merupakan imam Allah yang abadi, sebuah pokok yang dibahas secara secara lengkap di fasal 7.

7. Sebuah teguran karena kurang pengertian dan kurang dewasa 5;11-6:20

Sebelum membahas imamat Melkisedek, penulis kembali berhenti untuk mengemukakan sebuah nasihat dan peringatan, termasuk sebuah teguran.
• Ayat 11-14. sebuah teguran yang keras. Penulis dengan jelas mengemukakan bahwa para pembacanya tidak berada dalam keadaan yang siap untuk menerima ajaran yang ia yakin harus diajarkan kepada mereka. Dia menyebut mereka sebagai orang yang lamban dalam hal mendengarkan. Akibat berada dalam keadaan ini, tipologi mengenai Melkisedek mungkin ada diluar jangkauan pemahaman mereka. Jonathan Edwards pernah berkhotbah berdasarkan Ibrani 5:12 dan diberinya judul Kepentingan dan keuntungan dari pengetahuan yang menyeluruh tentang kebenaran ilahi. Dia mencatat bahwa teguran ini mencakup semua pembaca yang di sapa di dalam surat ini, bahwa rupanya mereka tidak berkembang baik dalam hal doktrin maupun pengalaman, bahwa mereka tidak mengerti tentang Melkisedek, dan terlebih lagi tidak memahami apa yang seharusnya sudah mereka pahami (The Works of President Edwards, IV, 1-15). Kesimpulan penulis bahwa mereka belum memenuhi syarat untuk menjadi guru bagi orang lain sudah jelas. Selanjutnya mereka sesungguhnya hanya memenuhi syarat untuk menerima kebenaran dasar atau susu saja. Sebagai anak kecil (νεπιος, bayi yang menyusu) mereka tidak mampu mencerna makanan yang lebih keras; selanjutnya mereka bukan hanya tidak memiliki pemahaman akan kebenaran, namun mereka juga tidak berpengalaman dengan kebenaran. Tetapi mereka yang dewasa (τελειον, pertumbuhan yang complit/ yang penuh) mempunyai panca indra yang terlatih (γεγυμνασμενα, Excercised terlatih yang dimaksud seperti seorang olahragawan yang siap untuk bertanding). Mereka yang sudah terlatih secara rohani memiliki kepekaan secara rohani sehingga mampu membedakan diantara yang benar dengan yang salah ketika memperoleh pembinaan.
• Fasal 6:1-3. Nasihat dilanjutkan. Sesudah memahami beberapa prinsip dasar mengenai Kristus, penulis Ibrani menasihati mereka untuk tidak berhenti disitu saja, tetapi melanjutkan terus untuk memperoleh perkembangan yang penuh dan kedewasaan untuk menampilkan pertumbuhan rohani yang sempurna. Mereka harus terus membedakan kebenaran yang hidup dengan bentuk-bentuk yang mati sebagaimana dijumpai dalam aneka peraturan mengenai pembasuhan pembaptisan dan ritual Yudaisme. Pada ayat 3 penulis mengidentifikasi dirinya sendiri kepada Allah.
• Ayat 4-8. Beberapa diantara mereka sudah bergerak menuju kepada kedewasaan; yang lain telah murtad. Mereka inilah yang kini dikemukakan untuk memperkuat peringatan yang baru saja diberikan – agar berjalan terus menuju kedewasaan. Nas ini hendaknya dipelajari menurut konteksnya, dimana prinsip-prinsip pertama yang dipelajari adalah subjeknya. Kini penulis berbicara mengenai orang-orang yang setelah memperoleh pengajaran tentang prinsip-prinsip dasar tersebut kemudian berbalik meninggalkan Kristus. Sekarang mereka merupakan musuh Kristus dan musuh keselamatan yang terdapat di dalam Dia. Penulis melukiskan sebuah kebinasaan yang sangat parah supaya mereka yang tergoda oleh kemurtadan memperoleh contoh yang paling kuat. Persoalannya jelas: Kristus atau bukan Kristus, iman yang menyelamatkan atau ketidakpercayaan, menderita hajaran-Nya atau ikut bergabung dengan orang-orang yang menghianati dan membunuh Dia. Kata-kata yang dipakai merupakan istilah yang kuat. Άπαζ φωτισθεντας (once being enlightened) berarti sekali dan untuk selamanya diterangi hatinya (bdg, pernah diterangi hatinya). Mengecap, didalam beberapa lexicon diterjemahkan sebagai menjadi kenal. Semua istilah ini menunjukkan bahwa adanya pengetahuan dan keterlibatan yang cukup luas dari mereka yang pernah diterangi. Bahkan mukjizat cukup dikenal oleh mereka yang kini ditampilkan sebagai menentang Kristus.
• Ayat 9-12. namun menurut penjelasan penulis semuanya itu tidak berlaku bagi orang-orang yang disapa. Itulah kesimpulan dari masalah yang dibahasnya sejauh ini. Sebab sekalipun kami telah memperingatkan kamu sekeras ini, penulis mengatakan kami yakin bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik. Allah tidak akan lupa pekerjaanmu dan kasihmu didalam melayani sesama saudara seiman, juga ia tidak akan lupa bahwa mereka masih terus melakukan hal itu. Ini merupakan tanda kesungguhan mereka; sekarang mereka dinasihati untuk memelihara sikap dan semangat yang sama sepanjang hidup mereka (ayat 11). Mereka harus senantiasa memandang kepada teladan dari orang-orang yang telah bertahan dengan begitu sungguh-sungguh (ayat 12), sehingga mereka dapat menikmati penggenapan janji-janji Allah. Mereka harus meniru iman dan perilaku orang-orang yang kuat imannya.
• Ayat 13-20. mereka memiliki jaminan kuat berupa perjanjian dengan Abraham. Disini Abraham diperkenalkan sebagai teladan soal ketekunan. Dan Abraham bertekun sebab Allah menjamin perjanjian-Nya dengan nama-Nya sendiri. Karena telah bersumpah demi nama-Nya, Allah tidak akan berbohong kepada Abraham, sebab kewenangan dan martabat-Nya dipertaruhkan. Allah tidak pernah berubah, dan kita memiliki kepastian yang sama kuatnya dengan yang dimiliki Abraham. Jaminan kita adalah Yesus yang sudah berada di tempat kudus. Melalui sumpah dan janji, orang-orang yang pengharapannya adalah Kristus sebagai sauh ... bagi jiwa akan menyaksikan penggenapan dari pengharapan mereka dapat melewati tabir (perlambangan, tirai di dalam tabernakel) sebab Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita. Selaku imam besar yang abadi didalam tempat kudus, Kristus menggenapi lambang imamat Melkisedek, dan kini penulis kembali kepada pokok yang tertunda yakni Oknum Kristus sebagai imam menurut peraturan atau seperti Melkisedek.


8. Imamat Melkisedek 7:1-28

Melkisedek jelas merupakan lambang Kristus. Segala sesuatu yang dapat diketahui mengenai mElkisedek dijumpai didalam dua nas Perjanjian Lama – Kejadian 14:17-20 dan Mazmur 110:4. didalam kedua nas tersebut kedudukannya sebagai imam Allah sudah jelas. Juga kisah hidupnya dikisahkan sepenuhnya didalam nas Kejadian. Tidak ada informasi lain mengenai tokoh ini, dan tidak sepenuhnya jelas bahwa acuan kepada Salem berarti Yerusalem. Sekalipun demikian, tidak bisa disangkal lagi bahwa Melkisedek merupakan lambang dari imamat abadi Kristus. Pertimbangan ini membuka seluruh pembahasan mengenai sistem imamat.
Leonard menyebut 7:1-10:18 sebagai inti dari surat ini, bagian ini dianggapnya merupakan bagian yang unik, nyaris tanpa tandingan didalam Perjanjian Baru sebab menyajikan sebuah pembahasan perbandingan mengenai kedua perantara sebagai imam dari dua Perjanjian.
Pentingnya Melkisedek dan perbandingannya dengan Kristus telah menjadi pokok pembahasan yang luas. Pandangan mengenai perbandingan ini cukup beragam. Cotton dan Purdy berbicara mengenai spekulasi sekitar Melkisedek, dan metode penafsiran Aleksandria yang menurut mereka berarti bahwa fakta-fakta sejarah diuatk-atik seenaknya. Namun sekalipun demikian ulasan mereka kemudian mengemukakan bahwa Melkisedek mendirikan Keabsahan dan martabat dari imamat Kristus dan Melkisedek merupakan proto-tipe dari Anak Allah. Penulis surat ini telah membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah; kini dia harus menunjukkan bahwa Anak Allah tersebut adalah Imam.
A.B. Davidson didalam bukunya The Epistle to the Hebrews (hlm 129, 146 dst) membahas seluruh pokok tentang imamat Kristus, termasuk masalah Melkisedek. Dengan tepat dia menentukan prinsip dasarnya. Dalam hal Melkisedek, fungsi sebagai imam tidak dibicarakan, tetapi tokoh yang menjadi imam itu. Pelayanan semua imam pada hakikatnya sama, yang hanya diperluas bagi imam besar pada hari raya pendamaian. Penulis dengan demikian menghubungkan Kristus dengan Melkisedek untuk menekankan bahwa Kristus merupakan imam untuk selama-lamanya.
• Fasal 7:1-3 Kisah sejarah dalam Kejadian 14:17-20 dibahas. Penulis menunjukkan bahwa Melkisedek adalah seorang raja dan karenanya menerima penghormatan dari Abraham; tetapi yang lebih penting, ia adalah imam Allah yang Maha Tinggi. Dan karenanya menerima persembahan perpuluhan dari Abraham. Maksud dari hal itu dikemukakannya kemudian dengan menyebutkan bahwa Melkisedek merupakan imam Allah sebelum imamat Lewi ditetapkan (ayat 4-6). Dibagian sisipan yaitu ayat 2 dan 3 dikemukakan bahwa Melkisedek tidak memiliki daftar keturunan dan tidak ada penggantinya. Kelahiran dan kematiannya tidak tercatat. Catatan hidupnya menunjukkan bahwa harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berksudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah. Ketiadaan masukan mengenai saat kelahirannya memperkuat tipologi Melkisedek dalam hubungan dengan Kristus. Dengan demikian Mazmur 110:4 menekankan keabadian dari imamat Melkisedek.
• Ayat 4-14. Apakah makna rohani dari semua pembahasan mengenai Melkisedek ini? Camkanlah kebesaran dari tokoh yang keunggulannya diakui oleh Abraham dengan memberikan perpuluhan kepadanya. Kebenaran yang penting disini ialah bahwa imamat Melkisedek lebih besar daripada imamat Harun dan imamat Lewi sebab (secara kiasan)imamat yang kemudian itu memberikan perpuluhan kepada Allah melalui immat yang terdahulu, yaitu imamat Melkisedek. Seluruh implikasi implikasi pembahasan dimaksudkan untuk menunjukkan keunggulan dan keabadian dari imamat Melkisedek yang berfungsi sebagai imam ketika ia memberkati Abraham dan (secara kiasan) juga Harun dan suku Lewi. Didalam urutan inilah hubungan Kristus dengan imamat Lewi dibahas (ayat 11-14).Yesus bukan berasal dari suku Lewi tetapi dari suku Yehuda. Kenyataan ini menghalangi Dia menempati untuk menduduki jabatan imam menurut hukum Taurat. Kemanusiaan-Nya mengaitkan Dia dengan suku Yehuda, dan karena itu (ayat 13) Ia tidak memenuhi syarat untuk memangku jabatan sebagai imam, sebab Musa sama sekali tidak mengatakan apa-apa mengenai kemungkinan seorang suku Yehuda menduduki jabatan tersebut.
• Ayat 15-28. Masalah teknis ini dapat diselesaikan dengan mengemukakan bahwa Kristus adalah imam dari peraturan imamat yang berbeda. Peraturan tersebut dinyatakan unggul dalam segala hal dari imamat Lewi, dan bersifat abadi. Ayat 16. hidup yang tidak dapat binasa tidak dipakai di bagian Perjanjian Baru lainnya. Ayat 18-20. hukum Musa yang diacu melalui frasa hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan sudah dicabut atau dikesampingkan karena Kristus merupakan imam Allah yang dimeteraikan dengan sumpah (Mazmur 110:4) Kristus merupakan jaminan bahwa sumpah Allah akan ditepati dalam janji-janji dan kepastian dari perjanjian yang baru.
• Ayat 23-28. Kristus tetap untuk selama-lamanya dan tidak tunduk kepada maut. Kubur sudah dikalahkan. Oleh karena itu Dia dapat menyelamatkan dengan sempurna, yaitu secara abadi siapa saja yang berseru kepada-Nya. Dengan cara yang sama, doa syafaat-Nya untuk umat milik-Nya juga tidak berkeputusan. Semua pelayanan ini dijamin oleh watak-Nya sendiri (saleh, tanpa salah, tanpa noda, dan terpisah dari orang-orang berdosa) fungsi-Nya (selaku kurban yang mendamaikan) dan hubungan-Nya.

B. Kristus Pelayan dan Imam Besar Perjanjian Baru (8:1-10:18)

Perjanjian Baru, sistem imamat Lewi dari Perjanjian Lama, dan pelayanan imamat Kristus sekarang disatukan dalam berbagai pernyataan penutup dari uraian utama surat ini. Sebagai rangkuman, kemah suci di padang gurun disebut secara langsung agar perbedaannya dengan tempat kudus sorgawi dapat diajukan. Kristus berada di tempat kudus surgawi, kehadiran-Nya disana sudah dikemukakan sebelumnya (4:13-16). Dia berada disana melaksanakan tugas-Nya sebagai imam besar berdasarkan kurban yang dipersembahkan oleh-Nya, yaitu diri-Nya sendiri. Dengan demikian terdapat tiga buah konsep yang dipadukan, yaitu, kurban pendamaian, pelayanan imamat, dan tempat kudus surgawi.

1. Perjanjian Baru Dalam Hubungannya dengan Perjanjian Lama (8:1-9)

Yeremia sudah menyebutkan tentang adanya perjanjian yang baru beberapa abad sebelum pembahasan ini (Yeremia 31:31). Didalam 8:8 baik Israel maupun Yehuda disebut sebagai penerima berkat dan pertolongan ilahi di dalam Perjanjian Baru. Perjanjian yang Baru itu dibedakan secara jelas dengan yang lama (ayat 8, 9). Perjanjian Baru dikemukakan sebagai mencakup semua orang, dan juga merupakan perjanjian yang lebih mulia sebab dijamin oleh janji yang lebih tinggi (ayat 6).
• Ayat 1-5. Perjanjian yang baru itu ditetapkan oleh Kristus yang melayani perjanjian ini. Dia melayani ibadah ditempat kudus di dalam kemah sejati yang didirikan Tuhan (jelas adalah Allah Bapa). Ditempat itu Kristus yang melayani selaku imam besar memiliki segala kewenangan (ayat 1, 2). Kedudukan-Nya ditempat kudus surgawi benar-benar sudah sepatutnya. Dia mempersembahkan kurban dan juga pelayanan kepada Bapa. Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai satu-satunya kurban yang diperkenan (sebuah pengertian yang dikembangkan secara lengkap di pasal 9, 10) dan pelayanan-Nya ialah sebagai imam besar di hadapan Allah, yaitu pelayanan di tempat kudus. Berdasarkan ayat 4 terdapat kemungkinan bahwa surat ini ditulis sebelum kejatuhan Yerusalem pada tahun 70 M, mengingat imam-imam yang ada di bumi masih melayani orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum taurat. Pelayanan mereka hanyalah gambaran dan bayangan yang diberikan kepada Musa yang telah menyaksikan tempat kudus sesungguhnya ketika digunung Sinai (Keluaran 25:40)
• Ayat 6-9. Dengan demikian perbedaannya dipertajam (ayat 6). Pelayanan yang lebih baik, atau pelayanan yang jauh lebih agung ... perjanjian yang lebih mulia yang semuanya berlandaskan pada janji yang lebih tinggi. Andaikata Perjanjian yang Lama sudah cukup memuaskan. Allah tentu tidak akan merasa perlu untuk menggantikannya dengan yang baru, sebagaiamana dikemukakan-Nya kepada Yeremia (Yer 31:31). Sang nabi melaporkan tentang pemberian Perjanjian yang Lama, kegagalan Israel untuk menantinnya dan keputusan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik pada suatu saat yang akan datang sesudah Yeremia.

2. Perjanjian yang lebih baik dijelaskan (8:10-13).

Penulis memamfaatkan nubuat Yeremia untuk menjelaskan sifat dan ketetapan-ketetapan dari Perjanjian yang Baru. Dibawah perjanjian yang baru: (1) Allah menempatkan hukum-hukum yang baru dalam hati dan pikiran umat-Nya (dilaksanakan oleh Kristus melalui kelahiran baru, dengan demikian menetapkan perjanjian yang baru sebagai perjanjian mengenai hubungan). (2) Dia menetapkan hubungan yang baru dengan mereka – Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku, (3) Umat itu akan memiliki fungsi yang baru – mengajar semua orang .... Kenallah Tuhan! (ayat 11). (4) Kebenaran Allah memiliki jangkauan yang baru – mereka semua ... akan mengenal Aku. (5) Disediakan penyucian yang baru (ayat 12). Yang lama digantikan dengan yang baru, dan yang lama sedang mendekati kemusnahannya. (ayat 13).

3. Tempat Kudus Baru dan Kurban Sempurna (9:1-28)

Pengenalan akan fungsi dari imamat Harun sebagaimana dilukiskan di bagian kedua Kitab Keluaran dan dalam imamat sangat membantu dalam memahami ayat-ayat ini. Pelayanan seorang imam di kemah suci dilukiskan secara rangkuman dalam hubungannya dengan neka perabotan dalam kemah suci itu dan fungsinya. Seperti halnya pada fasal sebelumnya, kembali tujuannya adalah menjelaskan perbedaan antara keunggulan pelayanan Kristus selaku imam besar di tempat kudus surgawi dengan Harun sebagai imam besar di bumi.
• Ayat 1-10. Kebiasaan-kebiasaan yang lama dijelaskan sebagai peraturan-peraturan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. Penulis memastikan bahwa pembacanya tidak keliru tentang tempat pelayanan suku Lewi. Dia mencantumkan perabotan-perabotan yang ada didalam kemah suci dan mengidentifikasi benda-benda itu menurut lokasinya yakni tempat yang kudus (άγια άγιον). Yang pertama merupakan ruang pertama di kemah suci yang ada di bumi, dan yang kemudian merupakan ruangan yang kedua atau ruangan dalam. Penggambaran ini penting untuk memahami kegiatan dari para imam suku Lewi dan imam besar dalam hubungannya dengan kedua ruangan ini. Pelayanan para imam jelas lebih penting daripada perabotan itu sebagaimana ditunjukkan oleh kalimat, hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci (ayat 5). Para imam suku Lewi melayani ditempat kudus setiap hari, tetapi mereka tidak melewati tabir memasuki tempat yang Maha Kudus. Penyucian menurut agama tersedia bagi umat Israel ketika para imam melaksanakan tugas mereka di Mezbah ukupan setiap hari di dalam tempat kudus. Pendamaian atau pengampunan hanya diperoleh satu kali dalam setahun pada hari raya pendamaian (lihat Imamat 16), yaitu pada saat imam besar melewati tabir sambil membawa bokor berisi darah hewan yang dikorbankan. Tetapi semua ini hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani (ayat 10), sebab kemah suci yang ada dibumi, perabotan serta aneka pelayanannya, tidaklah sempurna. Tabir tergantung diantara kedua ruangan yang ada didalam kemah suci merupakan saksi yang tiada hentinya memberi kesaksian bahwa jalan menuju kepada Allah masih belum terbuka (lihat 4:13-16). Kenyataan inilah yang disaksikan oleh Roh Kudus (9:8). Juga terdapat batasan waktu tentang berapa lama imamat suku lewi dan kemah suci yang dibumi akan melaksanakan pelayanan mereka (ayat 10). Akan tiba waktu pembaharuan.
• Ayat 11-14 Kristus memulai waktu pembaharuan ini dengan masuk sebagai imam besar ke dalam kemah suci surgawi atau kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, sambil mempersembahkan darah-Nya sendiri diatas tutup pendamaian surgawi sebagai pendamaian. Dengan demikian kelepasan yang kekal telah diperoleh satu kali untuk selama-lamanya melalui kurban abadi Anak Allah. Tindakan ini tidak perlu dan tidak mungkin diulang lagi. Perbedaan antara darah kambing dan lembu jantan yang harus dipersembahkan setiap tahun serta lambang seremonial lainnya dalam sistem imamat Lewi dengan kematian Kristus yang mendamaikan kembali dijelaskan. Betapa jauh lebih pentingnya darah Kristus yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya. Kata oleh Roh yang kekal mungkin berarti Roh-Nya yang kekal, dan mengacu kepada kerelaan kehendak-Nya sendiri ketika mempersembahkan diri-Nya didalam hubungan-Nya dengan ke-Allah-an. Dengan demikian pengorbanan-Nya bukan merupakan pengorbanan yang bersifat sementara, namun bersifat abadi. Karya pendamaian dan penebusan oleh Kristus ini memenuhi baik tuntutan hukum taurat maupun tuntutan pribadi dari hati nurani yang bersih, karya ini menghasilkan kesucian batin dan juga kelepasan lahiriah dan abadi. Ini adalah penjelasan yang penting yang khusus mengingat adanya godaan untuk murtad pada sedikitnya sebagian dari pembaca surat ini. Sebagai orang berdosa yang sudah dilepaskan dan dibersihkan, mereka itu khususnya harus melayani Allah dan bukan berbalik lagi kepada perbuatan-perbuatan yang sia-sia dari Yudaisme.
• Ayat 15-28. berbicara tentang jalan masuk ke tempat kudus surgawi adalah melalui kematian untuk pendamaian. Inilah arti fungsional dari frasa Pengantara dari Perjanjian baru. Ini memang benar karena Ia telah mati, yakni Yesus Kristus yang mati di kayu salib. Disitu terjadi sebuah transaksi yang betul-betul memenuhi semua persyaratan penebusan, dan hal ini menghasilkan pengampunan serta suatu bagian kekal yang dijanjikan. Secara khusus ayat 16 menunjukkan bahwa Perjanjian atau wasiat yang baru ini dapat dianggap sebagai perjanjian yang baru. Ayat 17 menunjukkan bahwa perjanjian itu telah dimeteraikan dengan kematian dan pencurahan darah. Dan inilah perjanjian yang lebih baik. Sepanjang semua ayat ini yang dikemukan ialah bahwa kematian itu diperlukan. Ayat 18-22 menunjukkan bahwa darah dari hewan yang dikurbankan secara tidak terpisahkan berhubungan dari kemah suci yang ada di bumi. Sesudah Allah memberikan janji-janji dan petunjuk-petunjuk-Nya kepada Musa, kemudian Musa mengambil darah hewan kurban dan memercikkannya pada segala sesuatu secara simbolis ikut terkait di dalam perjanjian yang pertama. Oleh karena itu darah ini disebut darah perjanjian. Melalui tindakan ini hal-hal yang ada di dunia dibersihkan lalu dipelihara kebersihannya dan dihubungkan dengan Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel. Hal ini perlu sebab tidak ada pengampunan tanpa pencurahan darah hewan yang dikurbankan. Kebenaran mendasar yang membuat banyak orang tersandung ialah pernyataan di ayat 22 bahwa tanpa pertumpahan darah tidak ada pengampunan (bdg. Kel. 24:3-8). Kemudian ayat 23-28 menjelaskan tentang akhir dari karya pendamaian Kristus dijelaskan secara lebih lengkap. Ayat 23 sekali lagi kuncinya ialah persembahan-persembahan yang lebih baik. Surga sendiri bebas dari noda-noda dosa manusia, sebab darah Kristus sudah dicurahkan. Ayat 24-26 Akhirnya Kristus berada di tempat kudus guna kepentingan kita (ay 24). Dia tidak masuk dan keluar satu tahun satu kali, sebab kurban yang dipersembahkan oleh-Nya sempurna (ay 25). Dia menderita hanya sekali saja; darah-Nya hanya tertumpah sekali saja; dan didalam penderitaan dan kematian-Nya, dosa untuk selama-lamanya dikalahkan. Peristiwa ini disebut sebagai zaman akhir. Sebutan dan acuan yang nyaris langsung mengarah kepada kedatangan-Nya yang kedua kali. Kemudian ayat 27 kematian secara jasmani mendahului penghakiman. Dan ayat 28 Kristus mati satu kali untuk menanggung dosa banyak orang.

4. Perjanjian Baru Lengkap, Sempurna, dan sedang bekerja (10:1-18)

Bagaimana dosa dapat disingkirkan? Perjanjian yang lama menawarkan sebuah cara untuk memperoleh pengampunan dosa. Apakah cara tersebut memuaskan? Apakah metode yang dipakai itu berhasil? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan dasar dari tahap terakhir uraian ini.

• Ayat 1-4. Kita melihat ayat 1: For the Law had a shadow of the coming good things, not the image itself of those things. Appearing year by year with the same sacrifices, which they offer continually, they never are able to perfect the ones drawing near. Torah adalah bayangan dari yang lebih baik yang akan datang kemudian, bukan hakikat nyata yang digambarkan diri itu sendiri..., Kata Torah (Law) selalu diterjemahkan dalam banyak hal, kata ini sering diterjemahkan sebagai taurat Musa, Hukum Sipil, Hukum atau peraturan-peraturan, hukum pemerintahan dan juga seluruh Perjanjian Lama. Dalam hal ini para penafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hukum disini adalah Perjanjian Lama. Nats ini menunjukkan bahwa Perjanjian tersebut hanya bayangan saja (Σκιαν) dari hal-hal yang lebih baik yang akan datang, Perjanjian lama adalah merupakan sebuah gambaran dari yang nyata, (εικονα) namun ia bukan yang digambarkan itu. PL hanya sebagai gambaran saja. Oleh karena itu PL tidak akan mendewasakan iman percaya seseorang. Andaikata Perjanjian tersebut sudah menyempurnakan orang-orang percaya, perjanjian itu tentu tidak akan digantikan. Masalah dosa tentu sudah terselesaikan, kenyataan dengan jelas menunjukkan bahwa kurban-kurban yang harus dipersembahkan setiap tahun dan darah dari hewan-hewan tersebut tidak dapat menghapus dosa. Kata yang vital di ayat 4 adalah tidak mungkin ... KJV: For it is not possible for the blood of bulls and goats to take away sins, (tidak mungkin darah lembu dan domba menyelesaikan dosa). Kata tidak mungkin άδυνατον (not possible). Istilah ini merupakan sebuah pernyataan yang kuat.
• Ayat 5-10. kutipan dari Mazmur 40:7-9 disini digunakan secara tipologis. Daud dikutip sebagai berbicara mengenai Mesias dan kedatangan-Nya kedunia dalam bentuk manusia. Kehendak Allah bagi Mesias ialah membuat suatu pendamaian yang sempurna bagi dosa. Tugas ini memerlukan persembahan kurban dan pencurahan darah dan karenanya telah disediakan tubuh supaya Dia dapat menderita. Didalam penderitaan dan kematian-Nya kehendak Allah tercapai sepenuhnya sehingga perjanjian yang baru telah tersedia. Hasilnya orang-orang percaya telah berubah sebab dibersihkan dan dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus (ay 10). Dengan mempersembahkan kurban ini, pendamaian sudah terlaksana, sepenuhnya menyenangkan Allah yang kudus.
• Ayat 11-13. Kemenangan mutlak sang Mesias tampak didalam kenyataan bahwa Dia tidak harus berulang-ulang, juga tidak merupakan lambang dari suatu penebusan yang tidak lengkap; melainkan dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri Kristus duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah. Sekali lagi kedudukan Kristus saat ini disebutkan, yaitu kedudukan yang menunjukkan kewenangan dan pelayanan sebagai imam. Bagi orang-orang percaya, Dia memerintah dan berdoa syafaat, dua aspek yang senantiasa diperhadapkan kepada mereka yang tergoda untuk murtad kembali kepada Yudaisme yang hanya mementingkan legalisme dan ritual. Kepemimpinan Kristen akan menjadi kenyataan. Sementara ini dia menantikan saat untuk menghancurkan musuh-musuh-Nya. Ketika itu tidak akan ada lagi perlawanan terhadap Kristus dan kepemimpinan-Nya.
• Ayat 14-18. Nubuat Yeremia mengenai perjanjian telah digenapi. Orang-orang percaya didalam Kristus kini disempurnakan, dibersihkan, dimurnikan, dipersiapkan untuk persekutuan abadi dengan Allah. Kata menyempurnakan (τετελείωκεν) berarti melengkapi yaitu, tujuan akhir yang dimaksudkan tercapai; orang percaya sudah dipersiapkan untuk masuk kedalam tempat kudus, dan pengharapannya di bumi terjamin. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan dan juga kegembiraan karena berkat-berkat yang tersedia. Penulis kembali mengutip Yeremia 31:33 dan seterusnya untuk menunjukkan bahwa hati seseorang diubah pada saat beriman kepada Kristus, dan sifatnya juga diubahkan. Yeremia menubuatkan bahwa hal tersebut akan terjadi ketika Roh Kudus berbicara melalui dirinya. Penghapusan dosa, kini sudah sempurna, dan apa yang dinubuatkan oleh Yeremia saat ini sudah digenapi. Dosa-dosa tidak diingat lagi dan kehidupan diubahkan sepenuhnya oleh segala yang telah dilaksanakan oleh Kristus yaitu mati sebagai pendamaian. Karya itu telah selesai.


III. Unsur-unsur kehidupan beriman (10:19-13:17)

Sekarang sebuah nasihat mengakhiri pemikiran sebelumnya dari penulisan bagian penutup ini merupakan sebuah nasihat yang berintikan satu kata – iman. Nasihatnya ialah agar pembacanya konsisten dalam beriman disertai dengan peringatan mengenai akibat yang terjadi apabila kehidupan beriman tersebut ditolak atau dibenci. Pemikiran tentang iman ini berlanjut terus hingga surat ini berakhir. Pemikiran tentang hidup beriman yang aktif tampaknya merupakan pokok utama yang oleh penulis dimamfaatkan sebagai pusat dari serangkaian penjelasan dan peringatan yang terakhir. Pemikiran yang diawali dengan marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus iklas dan keyakinan iman yang teguh mempengaruhi seluruh pembahasan selanjutnya. Melalui penggambaran, peringatan, contoh, dan sarana lainnya yang mungkin teringat oleh penulis, ia mengemukakan persoalannya secara jelas di dalam frasa, keyakinan iman yang teguh.

A. Gambaran tentang kehidupan beriman 10:19-25

Pengertian tentang hidup beriman harus dipahami terlebih dahulu. Apabila seseorang guru menemukan bahwa iman orang-orang percaya yang dihadapinya lemah, maka ia harus banyak berbicara tentang kepastian iman sehingga dapat menghasilkan orang-orang percaya yang kuat dan kokoh, kepastian ini berlandaskan pada jaminan kekal bahwa Kristus telah masuk kedalam tempat kudus dan kedalam hadirat Allah sehingga memungkinkan setiap orang percaya juga masuk kesana. Jika hal ini merupakan kehormatan bagi orang-orang percya sebaiknya memamfaatkan sepenuhnya kesempatan yang tersedia ini. Mereka hendaknya memamfaatkan peluang untuk menghampiri Allah, sebab Kristus, Anak Allah dan imam besar menurut peraturan Melkisedek telah memungkinkan hal ini dilaksanakan. Didalam perluasan dari 4:13-16 ini, penulis Ibrani mendorong kita untuk maju dengan berani.
• Ayat 19. Keberanian atau keyakinan. Hasil dari segala sesuatu yang telah dilakukan oleh TuhanYesus Kristus, kita memiliki keyakinan. Keyakinan tersebut ialah kepastian bahwa kita dapat masuk kedalam tempat kudus karena darah Yesus; jalan sudah terbuka.
• Ayat 20, 21. Disini dikemukakan cara untuk masuk yaitu melalui jalan yang baru (προσφατον) dan yang hidup. Tabir tidak lagi menghalangi jalan masuk menuju Allah, juga sifat manusia. Penderitaan Kristus dikayu salib meniadakan untuk selama-lamanya tabir ini. Ketika tubuh-Nya hancur berkeping-keping dikayu salib, demikian juga tbir di antara Allah dan manusia trbelah dua sehingga manusia dapat langsung menghampiri Allah. Dan Kristus merupakan imam Besar agung yang seperti 4:4 melaksanakan tugas ditempat kudus.
• Ayat 22. Menghadap mengandung pengertian tindakan yang seringkali dilakukan secara terbuka, akrab dan tanpa keraguan, senantiasa dengan hati yang sudah dibersihkan, hati yang tulus iklas. Hati yang telah dibersihkan dan iman yang yakin sepenuhnya merupakan pengertian-pengertian yang dominan; yang ditekankan sesudah itu dalam hati, tubuh dan nurani yangdibersihkan.
• Ayat 23. Pengakuan tentang pengharapan kita. Sebuah pengakuan yang tidak goyah tentang iman jepada Kristus yang hidup. Allah melandasi pengharapan kita dengan janji-janji-Nya sendiri, sebab Ia yang menjanjikannya, setia. Jadi ini berbicara tentang penegasan selanjutnya yang berlandaskan pada iman kepada kesetiaan Allah.
• Ayat 24. Bersama dengan kepstian muncullah perhatian pada orang lain. Hal ini ditunjukkan oleh kesediaan orang-orang percaya untuk berkumpul (ayat 25) dan juga kesediaan mereka untuk saling menasihati dan saling mengajar. Saling mendorong. Memberi semangat dengan membangkitakan semangat serta memberikan dorongan. Kasih dan pekerjaan baik terhadap sesama harus ditimbulkan.
• Ayat 25. Berkumpul dan bersekutu merupakan dua bukti iman yang hidup. Hari Tuhan. Acuan yang paling singkat tentang saat Tuhan Yesus Kristus datang kembali. Urgensi dari pembahasan tentang saling memberi semangat disebabkan oleh dekatnya hari Tuhan ini. Pada titik ini timbul beberapa kesulitan yang berkaitan dengan jatuhnya Yerusalem. Namun pernyataan dalam ayat ini lebih tepat mengacu kepada penghakiman zaman akhir.

B. Gambaran orang yang menolak Jalan yang baru dan yang hidup 10:26-39

Nasihat untuk terus bertahan dilanjutkan dengan sebuah penerapan negatif atau peringatan. Berbagai alternatif dilukiskan dalam bentuk kontras yang tajam sebagai percaya atau tidak percaya, iman dan pebuatan atau hukuman yang menakutkan, penerimaan atau penolakan yang menyangkut Kalvari.

• Ayat 26. Sengaja berbuat dosa (άμαρτανόντων, dari akar kata άμαρτια), selama kita sengaja berbuat dosa maka tidak ada lagi korban yang menghapus dosa itu.
• Ayat 27-29. Penghakiman merupakan kelanjutan dari penolakan. Kebiasaan di bawah hukum Musa dikutip untuk menunjukkan perbedaannya. Hukuman akan menimpa semua orang durhaka, dan penolakan dalam ayat 26 menempatkan orang-orang yang menolak itu dalam kalangan orang durhaka. Penghakiman ini akan merupakan suatu penghakiman yang dahsyat, sebab satu-satunya kurban pendamaian itu ditolak. Kemudian dikemukakan tiga tuduhan: (1) penghinaan terhadap Kristus yang dikemukakan dalam anak kalimat menginjak-injak Anak Allah; (2) penolakan terhadap darah perjanjian dengan menganggapnya najis; (3) tindakan menremehkan oknum Roh Kudus.
• Ayat 30, 31. dari keadaan seperti diatas orang-orang itu tidak dapat ditolong atau dilepaskan. Dengan mengutip Ulangan 32:35, 36 sebagai ayat pendukung penulis yang diilhamkan ini mengemukakan bahwa bagi mereka ini hanya ada pembalasan yang menanti. Kemurtadan yang tanpa harapan dan penolakan yang tidak dapat ditarik kembali hanya akan mendatangkan hukuman yang paling berat dari Allah. Mazmur 135:14 juga dikemukakan sebagai bukti untuk mendukung pernyataan ini.
• Ayat 32-34. Penulis kembali menarik sebuah perbedaan. Sambil melanjutkan nasihatnya, penulis melukiskan iman yang kuat dan kesabaran dalam pencobaan dan kesulitan. Dia mengingatkan orang percaya akan iman mereka yang mula-mula dan berkat pertama dari mengenal Kristus. Didalam sukacita karena iman yang baru ditemukan ini mereka menganggap semua perjuangan yang berat (αθλησιν, seperti perjuangan olahragawan) cercaan dan penderitaan sebagai tidak berarti apa-apa. Jenis pergumulan tidak terlalu memainkan peranan. Iman mereka kuat, penganyiayaan disambut, dan keyakinan kepada Kristus kokoh dan bertahan. Tontonan. Mereka dijadikan sebagai tontonan, atau disuru sendiri di panggung (θεατριζόμενοι) agar dapat dilihat oleh semua orang yang lewat. Mereka tidak goyah, dengan memberi nasihat kepada orang-orang percaya agar mereka ingat akan masa lalu, penulis membuat nasihatnya bersifat nyata.
• Ayat 35-37. Kesabaran atau Kepercayaan dalam kaitan dengan hal-hal yang dikenang tersebut, janganlah dibuang atau dilupakan, sebab keyakinan tersebut, janganlah dibuang atau dilupakan, sebab keyakinan tersebut berlandaskan pada suatu kepastian akan jaminan kemengan. Kesabaran inilah yang paling mereka butuhkan ketika itu. Bukannya berbalik kepada jalan yang lebih mudah, orang-orang percaya diperintahkan untuk tetap menjunjung tinggi iman dan pengharapan dalam kesabaran yang kuat sebab upah yang akan diterima sudah pasti. Melakukan kehendak Allah hendaknya merupakan keinginan utama mereka selama hidup di bumi agar upah sorgawi mereka lebih indah lagi (Mat 7:21). Merek diperintahkan untuk bersabar menanggung beban, bukan membuangnya. Dan mereka juga diperintahkan untuk mengingat kata-kata Habakuk 2:3, sebab Ia ... sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
• Ayat 38-39. Iman merupakan kata kunci nas ini. Orang yang hidup oleh iman akan bersukacita dalam keselamatan. Tetapi ia yang mengundurkan diri Allah tidak berkenan kepadanya. Namun penulis Ibrani menjelaskan bahwa orang percaya sejati tidak akan mengundurkan diri. Iman mereka adalah iman yang beroleh hidup.


C. Sejumlah teladan hidup beriman 11:1-40

Setelah memperkenalkan hidup beriman sebagai pokok dalam nasihatnya yang terakhir, dan setelah menjelaskan berbagai unsur dan lawan dari hidup beriman tersebut, penulis kini melengkapi uaraiannya dengan teladan dari sejumlah orang yang menjalani hidup beriman itu. Keadaannya ada seseorang yang selama ini mengikuti pembahasan sang penulis sekarang meminta suatu bukti untuk mendukung apa yang telah dikemukakan penulis tersebut. Adakah orang yang mampu hidup seperti itu? Tentu saja! Siapa saja mereka itu? 11:1-12:4 merupakan jawaban penulis.

• Ayat 1-7. Penulis terlebih dahulu menjelaskan sifat dari iman sejati yang dikemukakan olehnya dengan melukiskan dan bukan dengan mndfinisikan. Iman adalah percaya pada hal-hal yang belum kelihatan. Iman bukanlah percaya kepada yang tidak dikenal, sebab dengan iman kita mengetahui hal-hal yang tidak kelihatan oleh mata. Orangorang kepada siapa penulis menunjukkan pemikirannya itu sekarang mendapat bantuan tambahan dari daftar tokoh Perjanjian Lama yang hidup dengan percaya pada yang tidak terlihat, atau oleh iman. Iman adalah bukti dan jaminan yang paling kokoh bahwa segala sesuatu yang yang tidak kita lihat merupakan kenyataan. Kesinambungan tokoh-tokoh iman yang yang percaya akan hal-hal yang tidak dapat kita lihat tidak pernah putus. Melalui iman anak-anak Allah mengetahui bahwa Tuhan telah menciptakan bumi dengan firman-Nya. Tokoh-tokoh PL terkemuka hidup oleh iman. Habel, Henokh, Nuh disebut sebagai contoh orang-orang yang bertindak dengan iman. Angkatan yang menerima nasihat ini baik yang dahulu dan sekarang hendaknya juga hidup oleh iman. Habel mempersembahkan korban yang diperkenan, yaitu kurban darah dan persembahan kurban ini secara tipologis menetapkan prsembahan kurban darah sebagai syarat untuk memasuki hidup beriman. Kehidupan beriman dengan demikian hanya diperoleh jika sudah dilaksanakan pendamaian. Oleh karena itu Habel masih berbicara. Henokh memiliki hidup yang benar, sasaran hidupnya ialah menyenangkan hati Allah berapapun harganya,dan dia berhasil mencapai tujuannya itu; sebelum ia terangkat ... ia berkenan kepada Allah. Sasaran ini masih merupakan sasaran hidp orang percaya, dan tak mungkin orang berkenan kepada Allah tanpa iman. Nuh percaya bahwa Allah akan menghukum bumi, sehingga ia mau disuruh Tuhan membangun bahtera.

• Ayat 8-31. Para leluhur yang belakangan juga memberikan kesaksian yang sama. Abraham, Sara, Ishak , Yakub, Yusuf dan Musa merupakan saksi-saksi yang lebih baik lagi sebab mereka memainkan peranan yang demikian penting di dalam rencana Allah di bumi. Abraham merupakan teladan ketaatan dari hidup beriman. Ketika Allah memerintahkan dia untuk meninggalkan Ur Kasdim, Abraham menjadi seorang pengembara yang tinggal di dalam kemah, pengembara rohani, dengan mata rohani yang diarahkan kepada sebuah kota yang masih belum kelihatan. Kemudian dengan sukarela dia menyerahkan Ishak kepada Allah, yakin sepenuhnya bahwa keturunannya melalui Ishak, sudah ditetapkan untuk menjadi berkat bagi dunia, tidak akan gagal sekalipun Ishak akan mati. Karena setia kepada perjanjian-Nya mengenai keturunan. Allah pasti akan membangkitkan anak itu. Bahkan kelahiran Ishak putra perjanjian itu sendiri merupakan bukti iman di pihak Abraham dan Sara. Sebab anak itu lahir ketika mereka sudah terlalu tua untuk bisa memiliki anak.
• Ayat 13-16. Bagi yang benar-benar percaya, hidup oleh iman berarti mati dalam iman. Hidup beriman merukan suatu pengembaraan. Surga merupakan satu-satunya rumah bagi orang percaya yang sejati. Surga adalah tanah air yang lebih baik yang kepadanya orang-orang percaya yang sejati mengikatkan diri sepenuhnya. Dan karena mereka mengikatkan diri kepada Allah, Allah juga mengikatkan diri kepada mereka. Allah tidak malu disebut Allah mereka sehingga Dia menyediakan sebuah tempat tinggal bagi umat milik-Nya tersebut (Yoh 14:1,2).
• Ayat 17-19. Dari Kejadian 22 kita melihat iman Abraham ketika mempersembahkan Ishak di gunung Moria. Iman Abraham diuji paling tidak dua hal: (1) dia diperintahkan untuk mempersembahkan miliknya yang paling baik dan paling disayangi kepada Allah. (2) dia diperintahkan untuk menyerahkan anak perjanjian kepada Allah, masa depan Abraham hanya terjamin diatas hidupnya Ishak, jika Ishak mati bagaimana dengan janji Allah kepada Abraham? Dengan mempersembahkan anaknya ini, secra praktis Abraham membuktikan keyakinannya bahwa kematian bukan persoalan bagi Allah. Kematian bukan merupakan penghalang atau rintangan bagi Allah untuk menggenapi janji-Nya – Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Seakan-akan. Perumpamaan seolah-olah Ishak benar-benar kembali dari antara orang mati; suatu kebangkitan.
• Ayat 20. Ishak memberkati Yakub dan Esau menurut ketetapan perjanjian yang dibuat Allah dengan Abraham, tetapi yang bagi Ishak masih merupakan sesuatu pada masa mendatang, jadi menyangkut hal-hal yang jauh kedepan (Kejadian 27).
• Ayat 21-22. Karena iman Yakub... karena iman Yusuf. Bukti tentang iman para leluhur pada janji yang diberikan Allah kepada Abraham. Yakub dengan memberkati anak-anak Yusuf, mengabadikan janji tersebut dan membuktikan imanya pada janji yang diberikan Allah kepada Abraham dengan memesan agar tubuhnya (tulang-tulangnya) dikuburkan di negeri yang dijanjikan (Kej 48:50).
• Ayat 23-29. Dalam banyak hal Musa memberi contoh tentang kehidupan beriman. Oleh iman rang-tuanya menyembunyikan dia dengan melanggar perintah raja (Kel 1:16-22). Musa adalah seorang bayi yang elok rupanya sehingga merupakan pertanda berkat dari Allah pada masa depan. Kemudian oleh imannya sendiri, Musa membuat berbgai keputusan yang benar. Anak putri Firaun. Frasa yang menunjukkan tingkatan yaitu setingkat pangeran. Musa memilih berada di pihak umat Allah dengan janji Allah sekalipun pilihan tersebut berarti menderita sengsaradan permusuhan. Karena sikapnya ini Musa kemudian menjadi pelepas bangsanya (Kel 2) Dia juga memilih untuk tidak menikmti kesenangan (sementara) dari dosa. Penghinaan karena Kristus. Musa tampaknya memahami kebenaran Mesianis, sebab dia memilih untuk beriman kepada Mesias, dan sikap ini juga dimiliki oleh orang-orang yang mengikuti dirinya dengan setia. Nas ini menunjukkan bahwa Musa mengarahkan pandangannya kepada Kristus. Musa memilih untuk meninggalkan Mesir, sekali lagi dengan mengarahkan padangan kepada Kristus, dia mengabaikan kekayaan dari negeri kelahirannya tersebut dan juga kekuasaan dan kehormatan dari Firaun rajanya. Pristiwa ini mengacu pada peristiwa keluaran bangsa Israel dari Mesir dibawah pimpinan Musa. Musa memberikan bukti selanjutny tentang iman dengan melaksanakan upacara paskah, yang menunjukkan kelepasan terjadi oleh pencurahan darah (Keluaran 12). Perhatikan acuan kepada ksetiaan yang berkesinambungan – ia bertahan- sebuah pengertian yang dikembangkan lebih lengkap dalam 12:1-4. selanjutnya Musa dan umat itu oleh iman bersama-sama menyaksikan mukjizat di Laut Merah – pembebasan bagi Israel, penghukuman bagi Mesir.
• Ayat 30-31. Yerikho jatuh sebagai korban iman Yosua dn bani Israel, sedangkan Rahap ikut menikmti berkat-berkat Israel oleh Imannya. Peringatan akan iman Rahab tercatat dalam Matius 1:5, dimana ia tercatat dalam silsilah Kristus.
• Ayat 32-38. Penulis sekarang beralih ke cara penyebutan secara bersama para teladan, sebab mustahil membhas setiap teladan secra tersendiri. Daftar yang disajikan mengesankan. Meliputi beberapa orang hakim, raja-raja Israel yang terbesar- Daud dan salah seorang nabi terbesar adalah Samuel. Daftar tindakan mereka mengesankan, dalam beberapa kali peristiwa-peristiwa yang disebutkan sudah terkenal; dalam hal lain, peristiwa yang disebutkan kurang jelas. Sekalipun demikian dalam setiap contoh yang disebutkan, sesuatu kas mengenai tokoh yang hidup oleh iman itu dikedepankan. Hidup beriman memungkinkan mereka bertindak semacam itu, yaitu tindakan penuh keberanian , keperkasaan, semangat atau ketabahan. Dan pengalaman semacam inilah yang harus bis ditanggung oleh semua orang yang hidup oleh iman. Seluruh Israel tercakup dalam beberapa kalimat yang singkat ini. Dengan mempelajari Perjanjian Lama secara teliti semua peristiwa yang dikemukakan disini dapat diketahui.
• Ayat 39-40. Tetapi kendati terdapat demikian banyak bukti bahwa para tokoh PL hidup oleh iman, tetapi mereka tidak mengenal berkat penuh berupa pengampunan dosa dan persekutuan dengan Allah yang dimungkinkan oleh Kalvari. Mereka hidup dengan menantikan perjanjian yang baru, namun bukan dengn segenap berkat yang trsedia karenanya. Mereka memiliki kesaksian yang positif dn yang berhasilguna, suatu kesaksian yang baik. Allah menyingkapkan rencana yang lebih baik, atau setidak-tidaknya rencana yang lebih lengkap, pada generasi-generasi sesudah para leluhur dan khususnya berkenaan dengan generasi-generasi sesuadah kalvari. Penyempurnaan harus menanti angkatan-angkatan ini, tanpa kita mereka tidak sampai kepada kesempurnaan (τελειοθοσιν, dijadikan sempurna atau lengkap) yang dimaksud adalah keseluruhan penebusan yang sudah lengkap. Masing-masing tokoh yang disebutkan dalam pasal ini mengilustrasikan satu tahap atau aspek dari hidup beriman – entah itu ketaatan, bertindak sesuai dengan janji mengenai hal-hal yang akan datang, pemisahan diri dari sistem duniawi (Musa), atau hal yang lainnya. Tetapi penulis belum menyelesaikan uraiannya mengenai keunggilan hidup beriman terhadap legalisme taurat Musa. Kini tinggal satu contoh lagi, Tuhan Yesus Kristus tahap akhir dari uraian dengan teladan ini berpuncak pada pernyataan “ingatlah selalu akan Dia” (12:3) sesudah memperhatikan semua saksi yang lain ini, para pembaca sekarang harus “Ingat selalu akan Dia yang tekun menanggung... supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”


D. Kristus, teladan utama kehidupan beriman 12:1-4

Ayat 1,2, nasihat yang diberikan kini memperoleh semangat yang baru karena berbagai contoh yang disajikan sebelumnya. Karena mencakup semua tokoh iman pada fasal 11 yang bersama-sama dengan kita akan dibawa kepada ksempurnaan. Mereka adalah saksi, yang seperti penonton disebuah gelanggang besar, menonton perkembangan hidup beriman kita. Marilah kita ...berlomba dengan tekun. Memadukan nasihat untuk berlomba dengan nasihat untuk tekun dengan mengingat teladan dari mereka yang sudah menjalani semua itu dengan setia. Semua beban. Hal-hal yang berlebihan dan tidak diperlukan yang dapat menghalangi kita harus dibuang. Setiap individu harus menentukan sendiri mana yang berlebihan ini. Tetapi untuk hal yang jelas merupakan dosa tidak ada pilihan lagi; dosa harus langsung dibuang setelah diketahui keberadaannya, sebab dosa bersumber pada usaha untuk menyerang dengan tujuan menjebak (ευπεριστατον, menyerang secara diam-diam, mengelilingi, menjebak) orang-orang yang tidak waspada. Jenis dosa ini akan menghalangi atau memperlambat laju lari kita; jadi buanglah itu.

Mata yang tertuju kepada Yesus. Sebuah acuan kepada teladan tertinggi yang tersedia bagi kita. Apakah yang telah dilakukan oleh-Nya? Dia tekun. Dalam hal ini Dia memimpin iman kita kepada kesempurnaan. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut di dalam nats-nats selanjutnya. Disitu disajikan contoh tentang sikap tekun penuh kesabaran yang harus diikuti oleh setiap orang percaya – yaitu ketekunan Kristus sendiri (12:1). Upah bagi ketekunan Kristus ialah kedudukan tinggi. Didalam kedudukan ini sukacita-Nya sempurna, dan demikian pula sukacita kita akan sempurna, dan demikian pula sukacita kita akan sempurna pada saat kita berada dihadapan Allah. Disebelah kanan Allah Kristus melaksanakan semua fungsi sebagai pemimpin, imam besar dan hakim, namun Dia memperoleh kedudukan tersebut melalui penderitaan dan ketekunan, maksudnya: yakni jalan salib.

Ayat 3-4. ingatlah (αναλογισασθε, bandingkan dirimu sendiri dengan, pikirkanlah) selalu akan Dia yang tekun menanggung bantahan. Perluasan dari ayat 2. bantahan (αντιλογια) artinya sanggahan. Kristus memang benar-benar sebuah kontradiksi bagi musuh-musuh-Nya yang secara terbuka membenci dan menganyiaya Dia. Supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Anak kalimat yang pertama menunjukkan ketahanan yang tiba-tiba hilang, sedangkan yang kedua adalah tingkat kewaspadaan yang menurun secara berangsur-angsur.

Kamu belum sampai mencucurkan darah. Mereka belum menyadari seluruh jangkauan pergumulan mereka. Belum ada yang mati sebagai martir ketika itu; belum ada tindakan ekstrim seperti pembunuhan yang dikenakan diatas mereka. Akhirnya, mereka harus ingat bahwa dosa merupakan musuh mereka yang sesungguhnya. Karena itu mereka harus terus bergumul melawan dosa, khususnya dosa ketidakpercayaan yang menghancurkan iman.


E. Kasih Bapa dikenal melalui penghajaran 12:5-11

Ayat 5-9. Penulis memamfaatkan Amsal 3:11 dan seterusnya untuk mengingatkan para pembaca – pendengarnya bahwa penghajaran merupakan bagian dari hubungan kasih antara Ayah dan anak. Nasihat dimulai diakhir kutipan. Anak yang layak dianggap sebagai anak harus mengalami penghajaran. Kadang-kadang kita tidak mengetahui mengapa kita dihajar, sekalipun kita harus tetap menerima dan tetap bertahan dihajar karena hal itu merupakan bagian dari latihan untuk melatih diri kita.

Ayat 10-11. Ilustrasi yang dipakai membawa kontras. Mereka... Dia. Ayah-ayah jasmaniah melaksanakan kewajiban mereka hanya untuk sesaat saja, namun Allah memperhatikan agar kehidupan kita kudus dan kekal.

Baik dalam lingkungan duniawi maupun dalam lingkungan surgawi penghajaran tidak dimengerti pada waktu itu, namun mengingat hasil yang diperoleh maka pemakaian disiplin itu dibenarkan. Di alam rohani penghajaran menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai. Jadi kesengsaraan dan penghajaran merupakan bentuk didikan.


F. Perilaku Kristen dibawah Perjanjian Baru 12:12-29

Hal pertama yang harus dilakukan oleh orang percaya adalah membuang semua ketakutan dan kebiasaan suka mengeluh dalam situasi yang tidak enak. Hidup beriman tidak mudah, dan tidak akan lebih mudah.

Ayat 12-13. Mereka harus menerima disiplin berupa kesengsaraan dan menjadi lebih kuat karenanya. Mereka harus lebih kuat ditengah-tengah pencobaan. Kuatkanlah tangan yang lemah. Menjadi kuat akibat didera kesulitan. Lutut yang goyah, tidak melukiskan kesabaran didalam bertahan yang diperlukan untuk menyelesaikan perlombaan. Dengan memperkuat tangan dan lutut, setiap kelemahan yang disebabkan karena tidak dipergunakan akan dipulihkan. Yang mungkin dimaksudkan disini ialah bahwa sendi dan otot jika tidak dilatih dengan benar bisa membuat seseorang terpelecok. Watak yang kuat akan menunjukkan kemampuan bertahan disaat masa kesengsaraan.

Ayat 14-15. Hubungan antar manusia menjadi makin baik apabila sifat dari penderitaan itu dipahami. Berusahalah damai dengan semua orang. Senantiasa mengutamakan hubungan baik, ketenangan dan kesatuan serta persekutuan diantara orang-orang benar. Dan kekudusan. sebuah istilah yang serba mencakup- merangkum (άγιασμόν, pengudusan). Tuhan lebih mungkin berarti Allah ketimbang Kristus. Pasti salah satu bukti penting tentang adanya hidup baru didalam Kristus terdapat didalam cara orang percaya saling berhubungan.

Menyusul kemudian antitesisnya. Disini dilukiskan seorang yang gagal sebab didalam dirinya terdapat akar pahit yang meracuni segala sesuatu dan semua orang – mencemarkan banyak orang. Akar pahit ini menyebar bagaikan penyakit menular dikalangan orang-orang percaya. Perhatikan bahwa akar pahit ini menyebabkan rusaknya keselarasan hubungan baik diantara orang percaya sebab satu orang diantaranya terkena akar pahit.

Ayat 16-17. Esau merupakan contoh dari keputusasaan karena keadaan semacam itu. Oleh pilihannya sendiri dia menjadi orang dengan nafsu yang rendah. Yaitu mengasihi hal-hal yang duniawi dan yang berkaitan dengan nafsu, sehingga ia kehilangan hak kesulungannya dan kepekaan rohaninya. Kehilangan kepekaan rohani ini terutama merupakan antitesis dari patokan yang dipancangkan pada ayat 14. Esau menukarkan damai sejahtera dan kekudusan dengan kesenangan duniawi yang bersifat langsung dan sementara.

Ketika Esau berusaha untuk mengubah keadaan ini, dia ternyata tidak sanggup melakukannya. Entah itu berkat Allah ataukah pertobatan yang menjadi alasan ia mencucurkan air mata, semuanya sudah terlambat. Esau bersalah karena melakukan dosa dengan sengaja, sehingga dia tidak bisa lolos dari akibat perbuatannya itu, kenyataan ini merupakan pelajaran bagi penerima surat Ibrani yang mempertimbangkan kemungkinan melakukan dosa yang disengaja, yaitu murtad atau kembali kepada tradisi Musa.

Ayat 18-24. Nasihat dilanjutkan dimana Sinai dan bukit Sion diperhadapkan. Keadaan waktu pemberian Hukum Taurat ialah (1) sebuah gunung dengan api yang menyala-nyala, diselimuti oleh kekelaman, kegelapan dan angin badai, dan (2) bunyi sangkakala dan bunyi suara. Didalam suasana ini Musa menjadi sedemikian terpengaruh oleh kehadiran Allah sehingga dia gemetar dan sangat ketakutan (bdg. Kel 19:12 dst dan Ulangan 9:19).

Tetapi kamu sudah datang mengawali semua realitas yang menyenangkan dan tokoh-tokoh dari Perjanjian Baru. Surga diperhadapkan dengan bumi, yang alami dengan yang adi-alami, kemuliaan Sinai dengan kemuliaan lebih besar yang tak terhingga dari cra percikan darah. Bukit Sion ... kota Allah yang hidup, Yerusalem yang Sorgawi , ... beribu-ribu malaikat ... jemaat anak-anak sulung ... Allah yang menghakimi ... orang-orang benar yang telah menjadi sempurna ... Yesus pengantara Perjanjian Baru – semua ini dengan sengaja disajikan sebagai daftar yang mengesankan karena kontras yang dimaksudkan. Pemikiran penulis kembali tembus pandang. Jelas semua kemuliaan dan kebahagiaan itu jauh melebihi segenap kesenangan sementara yang dapat diperoleh dari kembali kepada Yudaisme untuk mengelak penganyiayaan. Orang-orang beriman memiliki pengharapan yang cemerlang ini di dalam Perjanjian Baru. Orang-orang beriman menjadi anggota paguyuban anak-anak sulung, yaitu orang-orang benar yang telah menjadi sempurna (prototokon dan teteleiomenon, anak-anak sulung dan disempunakan)

Ayat 25-29. Perhatikan Kristus. Jangan menolak suara Kristus yang berbicara melalui Injil. Jika malapetaka dahulu menimpa mereka yang menolak suara Allah di Sinai, betapa lebih besar lagi malapetaka yang akan menimpa mereka yang menolak atau tidak bersedia mendengar utusan Allah, Putra-Nya sendiri (1:2). Penolakan ini sama dengan orang-orang yang diundang untuk menghadiri pesta besar di Lukas 14:16 tetapi bersama-sama meminta maaf (παραιτεομαι).

Kemudian disajikan gambaran mengenai penghakiman, mungkin penghakiman terakhir, bumi akan goncang, dan segala sesuatu yang tidak permanen akan musnah didalam goncangan itu; yang tinggal hanyalah yang permanen dan yang abadi – kerajaan yang tidak tergoncangkan. Kerajaan ini akan dianugerahkan oleh Allah, bukan ciptaan manusia. Keanggotaan di dalam kerajaan ini yang melalui iman di dalam Kristus harus menghasilkan pelayanan penuh sukacita dan ibadah yang penuh hormat.

Kata terakhir merupakan peringatan. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (band Ulangan 4:24. Api merupakan bentuk penghakiman yang terakhir (Wahyu 20:10,14).


G. Kehidupan Kristen dalam praktik sehari-hari 13:1-17

Kehidupan Kristen dilukiskan di dalam bentuk hubungan di antara orang percaya dengan orang lain.

1-6. Situasi yang normal dibahas dahulu. Seperti pada surat I Yohanes kasih persaudaraan harus dipelihara. Salah satu bukti tetap dari kehidupan Kristen ialah cara orang Kristen berhubungan dengan sesamanya. Karena tidak tempat peristirahatan umum, keramahan juga dikemukakan, khususnya dalam hal orang asing yang mengenal Kristus. (Matius 25:35-40) mengemukakan hal yang paling mirip dengan menjamu malaikat-malaikat.

Tugas-tugas sosial atau hubungan antara manusia ini kemudian diperluas hingga mencakup juga orang-orang di penjara – orang-orang hukuman. Ungkapan kamu sendiri juga mengandung arti simpati dan persamaan. Orang-orang percaya diperintahkan untuk berbagi dengan orang-orang hukuman, seakan-akan mereka sendiri adalah orang hukuman. Istilah ikut merasakan mencakup hal yang dimaksud. Selama orang-orang percaya masih dalam tubuh jasmaniah ini, setiap orang mungkin saja menderita karena permusuhan atau dipenjarakan. Oleh karena itu mereka disuruh berbagi rasa.

Kemudian tentu saja hubungan kemanusiaan yang paling dekat, yakni pernikahan, harus menunjukkan keindahan kehidupan Kristen. Jika orang-orang Ibrani ini tinggal di Roma atau dikota-kota yang sudah hancur moralnya, maka mereka berada ditengah-tengah masyarakat yang tidak mempedulikan kesucian pernikahan. Di sisi yang lain juga terdapat berbagai kelompok keagamaan yang menekankan pertarakan dan askese.

Mengenai keuangan, penulis mengingatkan, janganlah kamu menjadi hamba uang (αφιλαργίρος) artinya tidak mencintai uang, dan bukan serakah. Gaya hidup atau sikap yang harus dikembangkan ialah kepuasaan dengan hal-hal yang tersedia, atau apa yang ada padamu. Jika gelombang penyalahgunaan dilemparkan pada orang-orang Kristen Yahudi ini oleh kalangan lain yang lebih makmur karena mereka kurang makmur, maka inlah nasihat yang sangat praktis dan serius dari Perjanjian Baru. Bukanya menikmati harta milik orang, orang Kristen seharusnya menikmati kehadiran dan pemeliharaan Allah, sebab Dia tidak akan pernah meninggalkan atau melupakan mereka. Jadi dengan yakin kita dapat berkata ... Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan oleh manusia terhadap aku? Anak kalimat terkhir merupakan pertanyaan yang tepat sekali. Yosua 13::14 dan Mazmur 118:6 memberikan kesaksian tentang kesetiaan Allah.

Ayat 7-9. Khususnya didalam Gereja, semua keindahan Kristiani harus dapat dijumpai. Sang penulis mengatakan, Ingatlah akan teladan yang ada dari mereka yang pertama kali mengajarkan kebenaran Kristen kepadamu. Mereka terkenal karena memberitakan amanat yang sejati dan teladan yang saleh. Mereka mengucapkan sabda Allah dan memiliki hidup yang kudus benar-benar sampai mereka meninggalkan bumi ini. Contohlah iman mereka!

Yang harus mereka teladani dan yang harus kamu teladani, lanjutnya adalah Tuhan Yesus Kristus yang tidak berubah. Dia tetap sama; maksud-maksudnya tetap sama; tujuan-Nya tidak berubah. Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya, jadi menyokong dan mendukung apa yang dikemukakan dalam ayat 7. keterikatan kepada Kristus yang tidak berubah, akan menghasilkan kejelasan soal doktrin. Dengan demikian tidak ada yang akan disesatkan, atau menyimpang karena ajaran atau peraturan aneh yang disebarkan atas nama Allah. Pertentangan diantara para guru, eksternalisme dan bentuk-bentuk awal dari ajaran berupa pembenaran melalui tidak memakan makanan tertentu hendaknya diabaikan.

Ayat 10-17. Sekarang kita tidak perlu lagi mempersembahkan kurban yang dipersembahkan sudah tersedia di dalam Kristus; oleh karena itu kita mempunyai suatu mezbah. Peraturan-peraturan Perjanjian Lama sebagaimana dilukiskan disini tidak berlaku. Pada saat Kristus mati diluar pintu gerbang di atas kayu salib, pembatalan sistem imamat termasuk yang dihasilkan. Semua itu kini tidak diperlukan lagi. Seorang percaya manunggal dengan Kristus diluar perkemahan. Ini berarti penolakan Yudaisme di satu sisi dan penolakan orang Yahudi di sisi yang lain. Bagi orang-orang Kristen Ibrani ini, hal ini merupakan kehinaan yang harus mereka tanggung.

Oleh karena kematian Kristus sebagai kurban penghapus dosa, atau karena Dia, orang-orang percaya harus memiliki perilaku yang layak bagi orang-orang tebusan (ayat 14-17). (1) Mereka harus mengarahkan pandangan mereka ke kota surgawi dan prospek tinggal disana. (2) mereka harus memuji dan mengucap syukur kepada Allah sebab buah dari bibir mereka hendaknya merupakan luapan dari kepenuhan hati. (3) mereka harus menunjukkan segala macam bentuk kemurahan yang tidak dilupakan oleh Allah. (4) mereka harus taat dan tunduk. Menyenangkan Allah intinya dpat diungkapkan di dalam tiga bentuk kelakuan yang semuanya tercantum didalam nats ini – pujian. Ketaatan dan tunduk.


IV. Penutup yang bersifat pribadi 13:18-25.

Dengan beberapa buah permintaan pribadi, sebuah sisipan dan salam serta sebuah berkat singkat penulis mengakhiri surat ini.

Ayat 18-19. Berdoalah terus untuk kami. Suatu permohonan pribadi. Penulis meminta agar dirinya senantiasa diingat (1) kehidupan, kesaksian dan pelayanan pribadinya; dan (2) Kerinduanya agar dia dapat segera berada di antara mereka. Ini merupakan permohonan doa khusus.

Ayat 20-21. Sebaliknya dia berjanji akan senantiasa mendoakan mereka, khususnya berkenaan dengan ketaatan mereka kepada kehendak Allah. Sisipan dalam bentuk doa ini sesungguhnya merupakan berkat khusus bagi orang-orang yang mendengar atau membacanya. Didalam doa ini terdapat:
1. Penghiburan, sebab ketika berada ditengah-tengah atau dibawah penganyiayaan mereka dapat menghampiri dan bersekutu dengan Allah damai sejahtera.
2. Pengharapan pada Kristus yang dibangkitkan; secara harafiah, yang diangkat dari kematian.
3. Pelayanan pastoral dan pribadi di dalam Yesus , Tuhan kita Gembala Agung segala domba itu.
4. Doktrin dan Teologi. Semua penghiburan, pengharapan dan pelayanan pastoral dimetaraikan dan dijamin oleh darah perjanjian yang kekal.

Kemudian dikemukakan sejumlah permohonan dan harapan:
1. Memperlengkapi kamu dengan segala yang baik (ayat 21) atau lebih tepatnya, Allah membuatkan didalam dirimu apa yang kurang padamu. Permohonan ini mengungkapkan keinginan penulis agar orang-orang percaya dapat diperlengkapi sepenuhnya untuk melaksanakan tugas mereka sehingga tidak ternoda oleh kelemahan, kegagalan atau kekurangan. Orang-orang percaya perlu diperlengkapi.
2. Mengenal dan melakukan seluruh kehendak Allah. Sebab Allah bekerja di dalam kita, kita juga ingin melakukan sesuatu untuk Dia di dalam penyerahan dan ketaatan penuh.
3. Menyenangkan Allah melalui Yesus Kristus. Hanya oleh Anak yang bekerja di dalam diri kita melalui Roh Kudus dan melalui Firman Allah kita dapat menyenangkan Allah. Hendaknya permohonan ini merupakan jeritan hati kita.
Ayat 22 – 25. Mungkin disini terdapat ayat kunci surat ini. Kata-kata penutup surat ini merupakan sebuah ucapan berkat dalam bentuk doa singkat. Kasih karunia menyertai kamu sekalian.


YAKOBUS

Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan : Tahun 45-49 M

Latar Belakang

Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan:

1. Mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
2. Pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
3. Nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.

Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7*) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagogue untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.

Tujuan
Yakobus menulis

1. Untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
2. Untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
3. Untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.


Survey

Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).

Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah:
- Iman yang teruji (Yak 1:2-16),
- Aktif (Yak 1:19-27),
- Mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13),
- Menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26),
- Menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12),
- Mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18),
- Tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12),
- Mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17),
- Tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6),
- Sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan
- Tekun dalam doa (Yak 5:13-20).

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.

1. Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
2. Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
3. Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
4. Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
a. Penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
b. Ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
5. Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
6. Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
7. Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.


Tafsiran Surat Yakobus

I. Salam 1:1

Yakobus hanya menyebut dirinya seorang hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus. Para pembacanya ialah kedua belas suku di perantauan, sebuah sebutan simbolik bagi Gereja Kristen yang kini anggota-anggotanya tersebar di dunia yang asing dan keras. Jadi Yakobus tidak menulis suratnya kepada suatu jemaat tersendiri, tetapi kepada kalangan Kristen yang tersebar di seluruh daerah Mediterania. Salam yang disampaikan olehnya merupakan salam yang secara umum terdapat di dalam surat-surat Yunani dan juga bentuk salam yang dipakai di dalam surat yang dikirim dari gereja di Yerusalem yang berada di bawah pimpinanya. (Kis 15:23).

II. Aneka Pencobaan (1:2-8)

Ayat 2. Yakobus cukup sering (setidak-tidaknya enam belas kali) menyapa para pembacanya sebagai saudara-saudaraku. Yakobus dan para pembacanya terikat oleh suatu kesetiaan yang sama kepada Yesus Kristus. perkataan pertama yang diucapkan olehnya merupakan ucapan yang memberi semangat – anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jtuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Kata πειρασμος (pencobaan) memiliki dua arti. Di sini yang dimaksud ialah penderitaan yang datang dari luar diri seseorang, sedangkan di ayat 13, 14 artinya adalah dorongan batiniah untuk melakukan sesuatu.

Ayat 3. Seorang Kristen hendaknya bersukacita di dalam pencobaan bukan karena ada pencobaan. Pada masa awal gereja diperlukan ajaran semacam ini sebab gerej sedang dilanda berbagai gelombang penganyiayaan. Buah dari penganyiayaan ialah ketekunan. James Moffat (The General Epistles, hlm 9) menyebutnya kekuatan untuk bertahan hidup. Ayat 4. Ketekunan ini hendaknya diberi peluang untuk menjadi sempurna. Ketekunan merupakan sebuah proses yang berlanjut terus di dalam kehidupan orang percaya dengan saran mencapai tingkat sempurna (τελειος, lebih tepat jika diterjemahkan menjadi kedewasaan). Penulis mungkin mengingat kata-kata Tuhan kita yang tercatat di Matius 5:48.

Ayat 5-8. Tampaknya di antara paragraf ini dengan paragraf sebelumnya ada hubungan. Yakobus berbicara tentang maksud dari adanya pencobaan. Dia mengantisipasi bahwa sebagian pembaca suratnya akan mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan adanya maksud ilahi di dalam pengalaman tersebut. Jika hal ini terjadi, menurut Yakobus, mereka hendaknya memohon hikmat kepada Allah, yakni pengertian praktis tentang kehidupan (bukan pengetahuan tentang teoritis) dan Allah akan dengan murah hati memenuhi permohonan tersebut dn tidak akan memarahi atau menegur mereka. Sekalipun demikian ada syarat yang harus dipenuhi. Permohonan tersebut harus harus dipanjatkan dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang. Orang yang menghampiri Allah membawa permohonan harus yakin bahwa ia mememang memerlukan apa yang ia minta dari Allah. Yakobus melukiskan orang yang bimbang sebagai gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Orang semacam ini menyimpan keraguan mental mengenai doa itu sendiri maupun mengenai permohonannya kepada Allah.


III. Kemiskinan dan kekayaan 1:9-11

Paragraf ini muncul sebagai akibat dari pembahasan Yakobus tentang pencobaan. Kemiskinan merupakan keadaan tidak menguntungkan yang berada di luar diri seseorang. Orang Kristen yang miskin hendaknya bermegah karena kedudukannya yang baru di dalam Kristus. Hubungan itu telah memberikan kekayaan yang sejati kepadanya. Kini dia merupakan seorang ahli waris Allah seperti halnya Yesus Kristus!

Ayat, 10-11. Seseorang Kristen yang kaya, dalam pada itu, hendaknya bersukacita sebab didalam Kristus dia telah direndahkan hingga segenap tipu daya kekayaan (Markus 4:19) dan segenap kekuatiran yang berkenaan dengan pengumpulan dan penyimpanan harta kekayaan tidak lagi hal-hal yang primer. Selanjutnya, harta kekayaan bersifat sementara sementara. Harta kekayaan itu seumpama rumput hijau dan bunga yang cepat sekali menjadi layu dibawah terik matahari Palestina. Panasnya terik disini dipakai hanya untuk panas yang memancar dari sinar matahari dan bukan angin gurun panas yang bertiup di seluruh Palestina dari Timur.


IV. Pencobaan dan godaan 1:12-18

Ayat 12. Pahala yang diperoleh mereka yang setia bertekun di dalam penderitaan dinyatakan dalam bentuk waktu sekarang dan akan datang. Orang yang bertahan tersebut sekarang sudah berbahagia; tetapi juga akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengsihi Dia. Bentuk genetif (kehidupan) merupakan keterangan dari mahkota. Mahkota yang terbuat dari kehidupan, sebuah anugerah yang diberikan kepada semua orang yang mengasihi Allah.

Ayat 13. Yakobus kini beralih dari pencobaan yang berada diluar diri manusia ke pencobaan yang ada didalam diri manusia. Kata pencobaan (ayat 12) mengandung arti menyeret orang kedalam dosa. Mungkin yang dipikirkan Yakobus disini ialah doktrin Yahudi yang artinya dorongan jahat. Beberapa orang Yahudi mengemukakan bahwa karena Allah telah menciptakan dorongan jahat ini. Kemudian karena dorongan jahat ini mengarahkan seseorang untuk berbuat dosa, maka sebetulnya Allah yang menciptakan dorongan jahat tersebut bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi. Yakobus menolak pengertian tersebut. Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Ayat 14. sebaliknya daripada menyalahkan Allah atas adanya kejahatan, manusia secara pribadi harus bertanggung jawab atas dosa-dosanya. Adalah keinginan sendiri yang menyeret dan memikat dirinya untuk berbuat dosa. Istilah menyeret dan mengikat merupakan istilah dalam berburu dan perikanan yang disini dipakai sebagai kiasan. Ayat 15. Ketika keinginan jahat muncul di dalam pikiran seseorang, keinginan tersebut tidak berhenti disitu. Keinginan melahirkan dosa dan dosa melahirkan maut. Maut dengan demikian merupakan hasil matang atau hasil akhir dari dosa. Maut di sini adalah kematian rohani yang berbeda dengan kehidupan yang dianugerahkan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia (1:12).

Ayat 16-17. Yang dikemukakan oleh penulis ilah bahwa Allah, bukannya sumber pencobaan sebagaimana dinggap kalangan tertentu, justru Ia adalah sumber segala sesuatu yang bik di dalam pengalaman manusia. Yakobus secra khusus mendambakan agar pembacanya menyadari kenyataan ini, sehingga dia memakai sapaan lembut, saudara-saudara yang kukasihi. Bapa segala terang merupakan acuan kepada tindakan Allah dalam mencipta. Sebutan demikian bagi Allah bukan hal yang asing di dunia pemikiran Yahudi. Sekalipun penafsiran bagian akhir 17 agak sulit, pengertinnya cukup jelas : Allah sepenuhnya bersifat konsisten; Dia tidak berubah.

Didalam 1:18 penulis memberikan puncak penolakannya terhadap pemahaman bahwa Allah adalah pencipta pencobaan. Dia sudah menunjukkan bahwa anggapan tersebut bertentangan dengan sifat Allah (1:13) dan dengan kebaikan-Nya yang terus secra konsisten (1:17). Sekarang penulis merujuk kepada pengalaman para pembacanya dengan Injil. J.B. Mayor dalam The Epistle of St. James, halaman 62, dengan tept menyatakan pokok dari ayat ini, Bukanya Allah mencobai kita untuk berbuat jahat , Dia justru menghendaki kita untuk lahir baru. Orang-orang Kristen mula-mula ini disebut sebagai anak sulung sebab mereka merupakan jaminan bagi banyak orang lgi yang akan menjadi anak-anak Allah.


V. Penerimaan Firman 1:19-25 (Halaman 973)

Ayat 19. Diantara bagian ini dengan bagian sebelumnya mungkin ada hubungan. Nasihat yang kuat untuk cepat ... mendengar, lambat ... berkata-kata, dan lambat ... marah bisa merupakan acuan tentang adanya tuduhan dari para pembacanya terhadap Allah. Atau bisa juga ini hanyalah sebuah pernyataan yang umum mengenai cara mendengar dan berbicara. Ayat 20, apabila seorang Kristen memberikan kesempatan kepada amarah, dia tidak akan mampu lagi bertindak dengan adil atau benar; dan selain itu dia mencegah atau setidak-tidaknya menghalangi terwujudnya kebenaran Allah di bumi.

Ayat 21. Buanglah segala yang kotor. Karena Firman Allah merupakan benih, maka diperlukan tanah yang baik agar benih tersebut dapat bertumbuh dengan baik. Sebab itu tinggalkanlah, kata Yakobus, kenajisan dan semua kejahatan lainnya. Kejahatan yang begitu banyak. Semuanya itu harus dibuang agar seorang percaya dapat lebih bersungguh-sungguh menyerahkan diri untuk secara positif menerima dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hati. Firman ini berkuasa menyelamatkan jiwamu. Ayat 22. betapapun pentingnya mendengar, namun jangan hanya menjadi pendengar. Tindakan harus merupakan kelanjutan dari pendengran. Menjadi pendengar saja merupakan sebuah bentuk menipu diri.

Ayat 23-24. Orang yang mendengar – dan tidak melakukan sama dengan orang yang melihat wajahnya sendiri di cermin. ”Dia melihat dirinya sendiri, itu memang benar, tetapi dia kemudia terus melakukan apapun yang sedang dilakukannya tanpa mengingat sama sekali orang macam apakah yang dilihatnya di cermin itu. Bentuk waktu yang dipakai dalam ayat ini menarik untuk diperhatikan: memandang (aorist), pergi (perfect), dan lupa (Aorist). Dengan memakai bentuk waktu Aorist di (Yakobus) menunjukkan bahwa kesan yang diperoleh hanya sebentar dan dalam sekejap sudah lupa, dengan memakai bentuk waktu ferfect dia menunjukkan keadaan terus menerus tidak berada di depan cermin.

Ayat 25. Cermin yang menunjukkan ketidaksempurnaan lahiriah seseorang kini dikontraskan dengan hukum yang sempurna, hukum kemerdekaan, yang mencerminkan keadaan batin seseorang. Ini merupakan sebutan pertama tentang hukum didalam surat ini (bdg 2:8-12;4:11). Yakobus memakai istilah ini untuk menunjukkan sisi etika dari Kekristenan, yaitu διδαχε ajaran. Disini hukum disebutnya sebagai sempurna. Bandingkan dengan Mazmur 19:8, Taurat Tuhan itu sempurna menyegarkan jiwa. Yakobus sebagai orang Yahudi menulis kepada orang Yahudi dan dia menuliskan bahwa hukum yang sempurna adalah hukum yang disempurnakan oleh Yesus Kristus. hukum yang memerdekakan mungkin berarti hukum itu berlaku bagi mereka yang bebas, bukan bebas dari hukum taurat, melainkan dari dosa dan dari kepentingan diri, melalui sabda kebenaran. Orang yang memeriksa hukum ini dan menjadikan tindakan tersebut kebiasaan hidup akan menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh melakukannya dan akan menemukan kebahagiaan sejati (akan berbahagia oleh perbuatannya).


VI. Agama Sejati 1:26,27

Ayat 26. Penulis kini beralih dri masalah tidak hanya mendengar tetpi juga melakukan yang bersifat lebih umum kepada masalah bukan sekedar ibadah melainkan perbuatan yang bersifat khusus. Kata ibadah berarti terbiasa melakukan kegiatan keagamaan. Dalam konteks ini yang dimaksudkan ialah kehadiran pada kebaktian dan acara rohani lainnya, seperti doa, kegiatan beramal dan berpuasa. Orang yang sangat teliti melakukan semua ini tetapi didalam kehidupan sehari-harinya tidak dapat mengendalikan ucapannya menipu dirinya sendiri dan agamanya adalah agama yang semu, imanya juga adalah iman yang semua atau sia-sia.

Ayat 27 ini bukanlah definisi tentang agama, melainkan sebuah pernyataan ... mengenai apa yang lebih baik daripada ibadah lahiriah. Yakobus sama sekali tidak berpikir mengurangi agama menjadi kesucian perilaku secara negatif yang ditambah dengan kunjungan dalam kegiatan amal. Karena para janda dan anak yatim di dalam masyarakat kuno diabaikan , mereka merupakan contoh khas yang mewakili orang-orang yang mendambakan bantuan. Sebagai tambahan dari melakukan kegiatan amal, memelihara kemurnian diri merupakan cara lain untuk mengungkapkan agama yang sejati. Dunia disini dan di 4:4 mengacu kepada masyarakat duniawi yang menentang atau setidak-tidaknya, asing bagi bagi Allah.


VII. Perbedaan sosial dan hukum kerajaan 2:1-13

Ayat 1. Menunjukkan sebuah penekanan tentang penting perilaku. Disini diberlakukan untuk soal sikap memihak. Saudara-saudaraku menandai peralihan kepada pokok pembahasn yang baru (bdg 1:2,19; 2:14; 3:1; 5:1). Kata kerja yat ini adalah dalam bentuk imperatif (perintah) dan bukan indikatif (petunjuk) sesuai dengan gaya langsung yang dipakai Yakobus. Iman kita kepada Tuhan Yesus adalah iman yang dinamis, suatu sikap yang mengandalkan, yang diarahkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Pokok utama dari ayat ini adalah bahwa tidaklah konsisten kalau orang berpegang pada iman Kristen dan pada saat yang sama menunjukkan sikap yang memihak.

Ayat 2. Penulis sekarang memberikan sebuah ilustrasi untuk menegaskan apa yang dikemukakan olehnya. Seorang kaya yang memakai cincin emas dan pakaian indah dn seorang miskin yang memakai pakaian buruk masuk kedalam kumpulan συναγωγην orang-orang Kristen. Pemakaian istilah ini untuk tempat pertemuan orang Kristen telah menimbulkan berbagai dugaan tentang penulis dan pembaca surat ini; namun harus kita pahami bahwa Yakobus menulis kepada orang-orang Yahudi Kristen, jadi tentu istilah yang tepat dan mudah mereka mengerti tentang perkumpulan adalah sunagoge dan lagi pada masa itu istilah tersebut masih dipakai untuk perkumpulan Kristen Yahudi, namun demikian istilah sunagoge untuk perkumpulan Kristen mulai dari nats ini semakin kedepan semakin berkurang. Jadi dengan demikian kita tidak perlu mempersoalkan hal itu. Lalu kita lihat di pasal 5:14 penulis juga memakai istilah εκκλεσια. Ayat 3. Orang kaya dihadapi secara khusus. Kepadanya ditawarkan tempat duduk yang paling baik (καλος) kata ini juga sering diterjemahkan indah, dan menyenangkan. Bagaimanapun juga orang kaya tersebut mendapat perlakuan yang istimewa. Sedangkan si miskin sucara kasar diperintahkan untuk tetap tetap berdiri atau setidak-tidaknya, jika duduk maka dia hanya diizinkan untuk duduk dekat tumpuan kakiku, yakni ditempat yang hina.

Ayat 4. Kata kerja yang diterjemahkan dengan bukankah kamu telah membuat perbedaan adalah dalam bentuk pasif sehingga seharusnya diterjemahkan dengan bukankah kamu bercabang? Bercabang itu adalah antara pengakuan dan perbuatan, antara pengakuan dan kesetaraan kristiani dengan rasa hormat pada pangkat dan kekayaan. Dengan melakukan hal itu maka mereka menunjukkan bahwa mereka adalah hakim dengan pikiran yang jahat, yakni hakim yang memakai patokan palsu dalam menentukan keputusannya.

Ayat 5. orang-orang yang melakukan perlakuan khusus kepada orang kaya lupa untuk memperhitungkan kenyataan bahwa Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barang siapa mengasihi Dia. Ayat 6. alasan lain mengapa tindakan memperlakukan orang kaya secara istimewa berarti tidak konsisten ialah karena justru orang-orang kaya itulah yang telah menganyiaya orang Kristen. Pengadilan mengacu kepada pengadilan Yahudi yang diizinkan dan diakui oleh pemerintahan Romawi. Ayat 7. Puncak dari argumentasi Yakobus menentang tindakan mengutamakan orang kaya ialah karena mereka menghujat nama yang Mulia. Bukan nama Kristen yang dihujat, melainkan nama Yesus Kristus, nama yang mulia yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah.

Ayat 8. Hukum utama berhubungan dengan pernyataan dalam 2:5, dimana Yakobus mengingatkan para pembacanya bahwa Allah telah memilih orang-orang yang dianggap miskin untuk menjadi ahli waris kerajaan. Oleh karena itu hukum utama berlaku bagi warga kerajaan Allah. Ayat 9. karena kasih tidak memandang muka. Sesungguhnya tindakn memandang muka adalah dosa. Hukum yang dimksud disini bukan hukum torat dalam Perjanjian Lama, melainkan semu ajaran atau doktrin menentang sikap memandang muka.

Ayat 10. Pengertian tentang solidaritas di dalam hukum Taurat dijumpai didalam tulisan para rabi. Yakobus mengambil gagasan ini. Yakobus memandang kepada Hukum Taurat, bukan sebagai sejumlah perintah, tetapi sebagai suatu hubungan pribadi ... bukan sebagai suatu ujian di mana sembilan jawaban benar akan akan membuat orang yang diuji pasti lulus, sekalipun satu jawabannya salah, melainkan sebagai suatu ikatan persahabatan dimana seratus tindakan kesetiaan bisa batal akibat satu tindakan pengkhianatan.

Ayat 11. Merupakan ayat yang menunjang ayat-ayat sebelumnya.

Ayat. 12. Yakobus kini sudah sampai pada rangkuman nasihatnya. Orang percaya hendaknya berkata dan bertindak (khususnya terhadap mereka yang miskin) seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang. Bagi orang Kristen tetap ada penghakiman, dan penghakiman itu akan didasarkan pada hubungan orang Kristen tersebut dengan standar etika Kristen, yaitu hukum yang diterima oleh orang merdeka tanpa ada pihak yang memaksa (bdg. Roma 14:10; II Korintus 5:10). Ayat 13. merupakan peringatan bahwa Allah tidak akan berbelas kasihan terhadap orang yang tidak memiliki belas kasihan (bdg. Mat 18:21-25). Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman, maksudnya: melalui berbagai tindakan belas kasihan, hukuman Allah dapat dicegah.


VIII. Iman dan Perbuatan 2:14-26

Nats ini merupakan bagian yang paling dikenal dan paling seru diperdebatkan dari surat ini. Ayat-ayat inilah yang membuat Marthin Luther menyebut kitab ini sebagai surat sepele yang tepat. Sebagian besar dari kesulitn untuk menafsirkan 2:14-26 disebabkan karena orang tidak memahami bahwa (1) Yakobus bukan menolak penyimpangan terhadap doktrin tersebut. (2) Paulus dan Yakobus memakai kata perbuatan dan dibenarkan dengan pengertian yang berbeda. Kedua hal ini akan dibahas lebih lanjut di dalam penafsiran ayat-ayat dari nats ini.

Ayat 14. Jawaban yang diharapkan dari kedua pertanyaan dalam ayt ini adalah, tidak, yang tegas. Penting untuk dicatat bahwa iman yang dibahas disini adalah sejenis iman yang palsu. Hal ini dijelaskan oleh: (1) pernyataan jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman , dan (2) pemakaian kata sandang tertentu yang digabungkan dengan kata iman pada anak kalimat terakhir. Hanya iman palsu yang tidak dapat menghasilkan perbuatan dan tidak mampu menyelamatkan. Yang dimaksud perbuatan oleh Yakobus bukan perbuatan menurut pemahaman Yahudi, yaitu sarana untuk memperoleh keselamatan, namun perbuatan iman, hasil moral dan kesalehan sejati dan khususnya perbuatan kasih.

Ayat 15-16. Sekarang disajikan sebuah contoh orang yang tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan itu adalah seorang saudara atau saudari, yaitu anggot msyarakat Kristen. Saudara yang kekurangan tersebut disuruh pergi dengan kata-kata kosong. Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang, tanpa tindakan apapun yang mengurangi penderitaannya. Yakobus dengn marah kemudian bertanya, apa sih gunanya itu? Ayat 17. iman yang dibahas sebenarnya sama sekali bukan iman, tidak hanya tidak berguna atau tidak dapat diterima, tetapi mati. Iman yang tidak mempedulikan keadaan orang lain sama sekali bukan iman namanya.

Ayat 18. Berbagai kesulitan dalam menafsirkan ayat ini timbul karena naskah Yunani kuno tidak memiliki tanda baca. Kemungkinan adanya keberatan ditunjukkan dengan adanya anak kalimat mungkin adaorang yang mengtakan, sebuah bentuk yang sering dijumpai di dalam khotbah-khotbah di Sunagoge kuno. Sampai sejauh mana dari ayat ini yang merupakan kata-kata orang yang berkeberatan bisa diragukan, tetapi mungkin paling baik kalau mencakup hanya, Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan, Yakobus menyangkal adanya usaha untuk memisahkan iman dan perbutan dengan mengatakan: Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan. Ini ia yakin pasti mustahil.

Ayat 19. Keyakinan akan keesaan Allah merupakan butir menentukan di dalam pengakuan iman orang Yahudi. Yakobus mengatakan bahwa kepercayaan semacam itu baik. Sekalipun demikian, jika tidak disertai perbuatan, maka iman tersebut tidak lebih tinggi dari iman setan-setan. Setan-setan juga menganut Monoteisme, tetapi kepercayaan tersebut hanya membuat mereka gemetar, mungkin mengingat hukuman Allah yang akan menimpa mereka.

Ayat 20. Yakobus mencapai pokok yang baru di dalam uraiannya dengan kata-kata, maukah engkau mengakui. Yaobus kini siap mengemukakan bukti dari Alkitab untuk mendukung argumentasinya mengenai iman yang disertai perbutan. Kosong artinya tidak memiliki arti pa-apa.

Ayat 21. Teladan dari Alkitab yang diajukan ilah Abraham bapa kita. Bahwa tokoh ini dipandang sebgai nenek moyang semua orang Kristen sejati tampak dari Galatia 3:6-29. Kata yang diterjemahkan menjadi dibenarkan di sini jangan dikelirukan dengan pemakaian istilah tersebut oleh Paulus dalam hubungan dengan Abraham (bdg. Roma 4:1-5). Paulus menunjuk kepada pembenaran awal Abraham ketika percayalah Abraham kepada Allah maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (Ke 5:6). Yakobus mengacu mengacu kepada suatu peristiwa yang terjadi beberapa tahun kemudian, yaitu ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan anaknya Ishak. Melalui tindakan ini dia menunjukkan realitas dari pengalaman Kejadian 15.

Ayat 22. Kehidupan Abraham dengan demikian secara menakjubkan menunjukkan bahwa iman Abraham dibuktikan oleh perbuatanya. Sehingga di ayat 23 dia disebut sahabat Allah. Dan ayat 24 menunjukkan bahwa iman yang sejati akan menampakkan diri dalam perbuatan, dan hanya iman semacam inilah yang menghasilkan pembenaran.

Ayat 25. Teladan dari Alkitab yang dipakai Yakobus berbeda sekali dengan kisah Abraham Rahab adalah seorang perempuan, bukan bangsa Yahudi, dan seorang pelacur. Tokoh ini diplih untuk menunjukkan bahwa uraian Yakobus mencakup kemungkinan-kemungkinan yang paling luas lingkupnya. Rahab seperti halnya Abraham menunjukkan pembenaran dirinya yang ia peroleh dengan perbuatannya.

Ayat 26. Pernyataan penutup dari 2:14-26 menunjukkan bahwa hubungan antara iman dan perbuatan adalah sangat erat.


IX. Lidah 3:1-12

Ayat 1. Pokok tentang berbicara termasuk pokok yang paling menonjol dalam kitab ini (1:19, 26; 4:11, 12; 5:12). Sekalipun demikian. nats ini merupakan nats klasik dan dialamatkan kepada para guru. Yakobus pertama-tama mengingatkan para pembacanya agar mereka jangan terlalu bersemangat untuk menjadi guru mengingat tanggung jawab yang dipikul guru.

Ayat 2. Karena guru selalu menggunakan kata-kata, ada bahaya tertentu dalam bidang ini baginya. Kita semua bersalah dalam banyak hal, tetapi kesalahan yang termasuk paling sulit untuk dielakkan adalah kesalahan yang melibatkan lidah. Oleh karena itu orang yang berhasil mengendalikan lidahnya disebut orang sempurna. Setelah sanggup mengendalikan anggota tubuhnya yang paling sulit itu, pasti orang semacam ini pasti dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

Ayat 3. Manusia sama halnya dengan kuda; kendalikan mulut mereka maka anda dapat mengendalikan seluruh tindakan mereka. Daud di Mazmur 39:1 memakai gambaran tali kekang dalam hubungan dengan pengendalian percakapan. Ayat 4. ilustrasi selanjutnya ini menunjukkan kekuasaan lidah. Lidah seumpama kemudi ... kecil yang sanggup mengendalikan sebuah kapal yang besar. Yang dimaksudkan adalah bahwa kemudi yang kecil itu dapat mengendalikan kapal yang demikian besar sekalipun digerakkan oleh angin keras. Dalam keadaan semacam itu kapal tetap berlayar sesuai dengan kehendak sang juru mudi.

Ayat 5. Dari pokok tentang kuasa lidah untuk mengendalikan, kini beralih pada pokok tentang kuasa lidah untuk menghancurkan. Sekalipun memang merupakan anggotakecil dari tubuh tetapi lidh dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Hal ini bukan sebuah bualan kosong, sebuah percikan api yang kecil akhirnya dapat membakar habis hutan yang besar. Ayat 6. Penempatan tanda baca (;) sesudah kata api memang tepat. Kata dunia kejahatan berarti semua ciri yang jelek dari dunia yang telah jatuh kedalam dosa, keserakahan, penyembhan berhala, hujat, nafsu, dan segala ketamakan, yang ada didalamnya. Semua ini terungkap melalui lidah, karena lidah itu dapat menodai seluruh tubuh. Lidah juga menyalakan roda kehidupan. Ini membuktikan bahwa kekuatan luar biasa untuk berbuat jahat yang dipunyai oleh lidah langsung dinyalakan oleh api neraka.

Ayat 7,8. Perintah Allah kepada manusia (Kejadian 1:26) untuk menguasai ikan-ikan di laut dan sebagaimana dapat dilaksanakan dengan berhasil, tetapi tidak seorangpun berkuasa menjinakkan lidah. Namun pasti Allah dapat melakukannya. Sekalipun buas, ... tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan Tuhan telah mengendalikannya dalam kehidupan banyak orang untuk mendatangkan berkat yang besar bagi umat manusia. Ayat 9-10. Lidah juga tidak konsisten. Lidah dipakai untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi yaitu memuji Tuhan, Bapa kita, tetapi lidah yang sama juga dipakai untuk mengutuk manusia. Inkonsistensi yang demikian kiranya jangan terjadi dalam kehidupan kita. Ayat 11-12. Ilustrasi sumber air, pohon ara, dan pokok anggur menunjukkan bahwa perilaku yang ganjil seperti itu merupakan pemberontakan terhadap alam, dimana segala sesuatu mengusahakan tercapainya keselarasan.


X. Dua macam hikmat 3:13-18

Ayat 13. Sekalipun surat Yakobus ini tergolong sastra hikmat, secara tersurat hanya disebutkan disini dan di 1:5. perlu diketahui bahwa yang dimaksud disini adalah pengertian Yahudi (bukan Yunani) mengenai hikmat. Kata yang bijak (σοφος) adalah istilah teknis untuk guru, hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa seorang guru itu adalah pengajar hikmat (σοφια) dan budi (επιστεμον) ialah pengetahuan ahli. Melalui cara hidup yang baik seorang yang bijak hendaknya menunjukkan perbuatan hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Keangkuhan karena pengetahuan senantiasa merupakan dosa yang menghantui para guru profesional.

Ayat 14. Keangkuhan karena pengetahuan di dalam diri para pembaca surat Yakobus telah menyebabkan timbulnya iri hati yang kemudian menghasilkan mementingkan diri sendiri dan berdusta melawan kebenaran. Yang dimaksudkan oleh penulis bukan bahwa para guru mulai meninggalkan doktrin yang benar, tetapi bahwa melalui kehidupan yang tidak konsisten dengan yang mereka ajarkan para guru sesungguhnya sedang berdusta tentang kebenaran Injil.

Ayat 15. Hikmat yang palsu ditandai sebagai bukanlah hikmat yang datang dari atas, yaitu tidak berasal dari Allah (bdg 1:5). Hikmat yang palsu adalah hikmat dari dunia, dari nafsu manusia dan dari setan-setan. Ketiga golongan ini ... melukiskan hikmat yang tidak berasal dari Tuhan – hikmat yang berkenaan dengan dunia, bukan yang sorgawi. Ayat 16. Pemakaian kata penghubung ini merupakan bukti dari apa yang telah dikemukakan sebelumnya. Hikmat palsu menghasilkan kekacauan – mungkin sebuah acuan kepada percekcokan yang terjadi didalam gereja – dan segala macam perbuatan jahat. Allah bukanlah Allah kekacauan (I Korintus 14:33), juga bukan Allah yang berkenan kepada kejahatan (I Yoh 1:5). Jadi hikmat yang menghasilkan kekacauan dn perbuatan jahat tidak mungkin berasal dari Allah.

Ayat 17. Berbeda dengan hikmat palsu tersebut ialah hikmat yang dari atas. Hikmat ini merupakan anugerah Allah; sebuah hikmat yang praktis, yang memelihara kesatuan dan damai sejahtera. Karena sifat-sifat hikmat yang praktis, yang memelihara kesatuan dan damai sejahtera. Karena sifat-sift hikmat ini sebagaimana disebutkan – murni, pendamai, peramah, penurut, (terbuka untuk pertimbangan), penuh belas kasihan, buah-buah yang baik, tidak memihak (tidak bimbang) tidak munafik. Beberapa penafsir mengatakan bahwa hikmat yang dibahas disini adalah Kristus. Mengingat zaman dahulu Kristus disamakan dengan hikmat Allah, pandangan ini tidak mustahil. Ayat 18. Buah yang terdiri dari kebenaran, mungkin paling bagus dipahami berarti buah yang adalah kebenaran. Dengan demikian pernyataan ini berbeda dengan 1:20; amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Kebenaran di hadapan Allah dicapai oleh pembawa damai yang menaburkan damai sejahtera.


XI. Dunia dan Allah 4:1-10

Ayat 1. Sengketa dan pertengkaran dikemukakan sebagai kontras dengan damai dari bagian sebelumnya. Yang dimaksudkan oleh Yakobus bukanlah pertengkaran atau peperangan di antara bangsa, tetapi perselisihan dan perpecahan yang terjadi dikalangan Kristen. Sumber dari terjadinya semua ini ialah hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu.

Ayat 2. Pemberian tanda-tanda baca dalam ayat ini perlu untuk menunjukkan anak-anak kalimat sejajar di dalamnya. Tidak perlu memperlunak atau mengelakkan frasa kamu membunuh. Ropes dengan tepat mengatakan Yakobus tidak melukiskan keadaan didalam persekutuan Kristiani tertentu, tetapi menganalisis akibat dari memilih kesenanangan dan bukan Allah. Jadi gaya kalimat hampir seperti kalimat bersyarat, jika kamu mengingini ... jika kamu iri hati ...

Slah satu alasan keinginan mereka (dalam hal ini keinginan yang masuk akal) tidak terwujud ialah karena mereka tidak berdoa memohon kepada Allah, sebab hanya Dia saja yang sungguh-sungguh dapat memuaskan kebutuhan manusia. Ayat 3. Alasan yang kedua ilah motivasi pemohon yang tidak dapat diterima – yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Syarat paling penting bagi semua bentuk doa terdapat dalam I Yohanes 5:14, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.

Ayat 4. Hai, kamu yang tidak setia. Kenyataan bahwa Yakobus menyapa pembacanya menurut cara yang dipakai para nabi Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa bangsa Israel adalah isteri yang tidak setia (bdg. Yesaya 54:5; Yer 3:20; Yeh 16:23; Hosea 1:9), merupakan bukti yang kuat bahwa para pembaca semula surat ini adalah orang Yahudi. Memelihara persahabatan dengan dunia berarti memiliki hubungan baik dengan orang-orang dan kekuatan-kekuatan serta hal-hal yang tidak menghiraukan Allah dan bahkan memusuhi Dia.

Ayat 5. Alasan lain mengapa seorang Kristen tidak mungkin bersahabat dengan dunia diambil dari Alkitab. Allah dengan cemburu menginginkan Roh yang telah dikirim-Nya untuk tinggal didalam kita. Allah adalah Allah yang cemburu (bdg. Kel 20:5; 34:14 dll) sehingga Dia tidak akan mendiamkan kesetiaan yang bercabang, tidak ada ayat Perjanjian Lama yang menyebutkan seluruh kalimat ini, namun banyak ayat yang mengungkapkan sikap yang sama.

Ayat 6. Kesulitan yang dihadapi untuk hidup sepenuhnya bagi Allah di dalam dunia yang jahat ini sangat banyk, tetapi kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada kita lebih besar daripada itu, yang disini bisa berarti pertolongan penuh kemurahan. Dan pertolongan semacam ini, sebagaimana dikemukakan Amsal 3:34, dianugerahkan oleh Allah bukan kepada orang yang congkak dan berpuas diri, tetapi kepada orang yang rendah hati.

Ayat 7. Panggilan untuk tunduk ... kepada Allah. Ini lebih dari sekedar ketaatan; untuk tunduk dibutuhkan kerendahan hati. Iblis musuh Allah itu, harus dilawan, dan apabila ia dilawan, ia akan lari daripadamu. Ini adalah langkah-langkah penting untuk menghindari dosa keduniawian.

Ayat 8. Mendekatlah kepada Allah. Persekutuan dengan Allah memastikan sikap bersahabatnya Allah (dan Ia akan mendekat kepadamu) dan mengasingkan orang tersebut dari dunia. Bahwa keduniawian adalah dosa, hal itu dilukiskan dari pernyataan berikut: tahirkanlah tanganmu, sucikanlah hatimu. Selanjutnya orang yang mendua hati adalah orang yang kesetiaannya bercabang.

Ayat 9. Disini disajikan panggilan untuk bertobat ketika berhadapan dengan dosa yang serius. Sadarilah kemalanganmu, yaitu sadarilh betapa celaka dirimu (Roma 7:24), berdukacita dan merataplah. Semua sikap ini lebih cocok dibandingkan dengan tertawa dan sukacita (yakni beria-ria dan menganggap enteng keadaan dunia sekeliling) mengingat situasinya. Dukacita ialah ungkapan keadaan tertekan dari orang yang malu dan menyesal. Yakobus kembali kepada nasihat pertamanya (4:7) dengan mempergunakan kata-kata, rendahkanlah dirimu. Nasiht ini disertai dengan janji, dan Ia akan meninggikan kamu.


XII. Menghakimi 4:11,12

Ayat 11. Penulis kembali membahas penyalahgunaan dalam berbicara. Di dalam nats ini kepentingan sesama saudara dan kepentingan hukum tampaknya sama. Berbicara yang tidak baik mengenai sesama saudara atau menghakimi dia berarti berbicara jelek terhadap hukum dan menjadi hakim atas hukum. Ayat 12. keunggulan terhadap hukum hanya dimiliki Allah. Dia adalah pembuat hukum dan hakim, dan ditangannya terletak masalah hidup dan mati. Mengingat hal ini Yakobus bertanya, siapakah engkau sehingga engkau mau menghakimi sesama manusia?


XIII. Percaya diri yang berdosa 4:13-17

Ayat 13. Sikap para pedagang yang dilukiskan disini merupakan ungkapan keduniawian lain yang membuat seseorang terasing dari Allah. Para pedagang keliling tersebut merupakan orang-orang Yahudi yang memiliki perdagangan menguntungkan di wilayah Mediterania. Mereka dikatakan membuat rencana secra cermat untuk usaha dagang mereka. Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan disana kami akan tinggal setahun, dan seterusnya. Ayat 14. membuat rencana itu tidak ada salahnya, namun para pembuat rencana itu mengabaikan duahal yang terpenting. Pertama, keterbatasan manusia yang membatasi pengetahuan mereka – kamu tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Yang kedua, ketidakpastian hidup, yang oleh Yakobus diumpamakan seperti uap.

Ayat 15. Orang Kristen, didalam membuat rencana, hendaknya mengakui ketergantungannya kepada Allahdn mengatakan, Deo volebte. Jika Tuhan menghendakinya. Ayat 16. tetapi mengkui ketergantungan kepada Allah tidk dilakukan oleh orang-orang yang Yakobus katakan diatas. Mereka justru memegahkan diri dalam congkakmu. Berbicara sombong ini disebut oleh Yakobus. Ayat 17. sebuah peringatan penutup diberikan kepada para pedagang yang terlalu percaya diri itu. Mereka adalah orang Kristen. Karena itu mereka mengetahui bahwa kerendahan hati dan ketergantungan kepada Allah merupakan hal yang menentukan di dalam kehidupan Kristen. Mengetahui hal ini namun tidak melakukannya adalah berdosa.


XIV. Hukuman bagi orang kaya yang tidak bermoral 5:1-6

Ayat 1. Orang kaya yang dituju disini bukan orang Kristen. Sekalipun demikian peringatan ini berlaku bagi semua orang, termsuk orang Kristen. Yakobus konsisten dengan ajaran Perjanjian Baru secara umum yang menentang orang kaya bukan karena mereka kaya, tetapi karena mereka gagal mengelola kekayaan tersebut dengan benar. Menangis dn meratap disini bukan tanda pertobatan tetapi ungkapan menyesal ketika menghadapi penghakiman.

Ayat 2. Kedua kata kerja di ayat ini dan kata kerja di ayat berikutnya adalah dalam bentuk waktu perfect. Ropes seorang komentator Alkitab berkata aneka penyataan kiasaan yang bagaikan lukisan indah mengenai tidak berharganya harta ini menurut pandangan orang yang memahami cara menilai harta abadi. Kekayaan harus diprgunakan untuk maksud-maksud baik, bukan untuk ditimbun.

Ayat 3. Karat dari harta yang ditimbun akan merupakan kesaksian terhadap sipenimbun, sebab Allah bermaksud agar kekayaan dimamfaatkan untuk kebaikan umat manusia. Harta yang ditimbun juga akan menghancurkan penimbun itu sendiri – memakan dagingmu seperti api. Frasa hari-hari yang sedang berakhir menunjukkan kepada kenyataan bahwa sekalipun tidk disadari oleh sipenimbun, hari-hari akhir sudah terjadi.

Ayat 4. Dosa orang kaya lainnya ialah menipu buruh tani yang miskin. Tindakan ini sangat serius sebab terang-terangan bertentangan dengan hukum Musa (bdg. Ulangan 24:14,15). Allah yang disini disebut Tuhan semesta alam nama yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang berdaulat , tidak lupa kepada ketidakadilan ini. Telinga-Nya terbuka terhadap jeritan para pekerja miskin tersebut.

Ayat 5. Dosa golongan kaya yang ketiga ialah kemewahan dan kesenangan mereka. Kehidupan yang berfoya-foya hanyalah mempersiapkan mereka untuk hari penyembelihan. Ungkapan ini dikutip dari Yeremia 12:3.

Ayat 6. Orang yang benar disini bukan Yesus, melainkan si orang miskin yang telah diperas tanpa belas kasihan pleh golongan kaya. Menurut Moffatt kata membunuh bukan hanya seperti pemahaman kita masa kini. Dalam budaya Yhudi, seseorang merampas makanan orang miskin disebut membunuh. Merampas nafkah seseorang adalah membunuh, tidak memberikn upah bagi para pekerja juga disebut membunuh. Orang miskin mendapat perlakuan yang sangat mengerikan kala itu, mereka diseret ke pengedilan membuktikan tidak ada hukum yang melindungi mereka dan mereka tidak dapat melawan.


XV. Bersabar sampai kedatangan kembali Kristus 5:7-11

Ayat 7. Yakobus kini mengalihkan perhatiaannya kepada orang-orang miskin yang tertindas itu. Pengajarannya ialah agar orang miskin bersabar didalam situasi sosial ekonomi mereka, mengingat kedatangan Tuhan sudah dekat. Disini tidak ada petunjuk bahwa orang-orang kaya akan digulingkan dengan kuat. Sebagai contoh dari orang yang telah bersabar, Yakobus memakai ilustrasi seorang petani yang menantikan hasil berharga dari tanahnya. Di Palestina, hujan musim gugur (Oktober – Nopember) turun sesudah bibit di tanam, dan hujan musim semi (April – Mei) turun ketika bibit-bibit itu mulai matang.

Ayat 8. Demikian pula orang Kristen, jangan hilang kesabarannya menghadapi penderitaan, tetapi justru kuatkan hati mengingat kedatangan Tuhan sudah dekat. Ayat 9. Permusuhan menghasilkan ketegangan, dan ketegangan pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar manusia. Karena itu Yakobus mengingatkan, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempermasalahkan. Tindakan semacam itu membuat mereka terancam dihukum sebab hakim telah berdiri diambang pintu.

Ayat 10, 11. Sebagai tambahan dari ilustrasi petani, kini para nabi dikemukakan sebagai teladan penderitaan dan kesabaran. Aneh bahwa Kristus tidak dicantumkan sebagai teladan seperti di I Petrus 2:21-23. Ayub menurut pemahaman tradisional dianggap nabi, dan disini dia dicantumkan sebagai teladan ketahanan. Inilah satu-satunya sebutan mengenai Ayub dalam Perjanjian Baru. Pokok utama dalam ilustrasi mengenai Ayub ini adalah bahwa orang bisa menanggung penderitaan dengan sabar berdasarkan keyakinan bahwa penderitaan itu bukan tanpa makna, tetapi bahwa Allah memiliki maksud tertentu dalam semua itu yang akan ia selesaikan.


XVI. Sumpah 5:12

Tidak jelas apakah ayat ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya atau tidak. Tetapi yang terutama mungkin paling bagus kalau dipahami sebagai hiperbola yang dipakai untuk menekankan. Pokok yang dibahas bukanlah penghujatan, melainkan kesungguhan. Easton menyadur ayat ini sebagai berikut, janganlah bersumpah, sebab bersumpah melemahkan kesadaran manusia akan kewajiban untuk mengatakan yang benar didalam segala hal; belajarlah untuk menjadikan Ya atau Tidak yang sederhana itu benar-benar pasti.


XVII. Doa 5:13-18

Ayat 13. Menderita membuat orang perlu berdoa; sedangkan hati yang gembira membuat orang memuji Tuhan.

Ayat 14 - 15. Jika seorang sakit berat, menurut Yakobus, hendaknya penatua jemaat ( sama dengan jabatan gembala atau penilik jemaat). Doa mereka hendaknya disertai dengan pengurapan minyak dalam nama Tuhan. Di dalam kasus tertentu minyak memiliki kekuatan untuk menyembuhkan, namun harus jelas kita lihat ayat ini dimana Yakobus mengatakan pengurapan minyak dalam nama Tuhan. Kata dalam nama Tuhan harus menjadi penekanan, minyak hanya sebagai sarana pendukung tetapi yang menyembuhkan adalah Tuhan. Dan harus dipahami juga bahwa tidak semua penyakit karena dosa, tetapi orang percaya harus meminta ampun dosa jika ia telah berdosa.
Ayat 16. Agar berhasil guna, doa hendaknya dilandasi dengan wawasan. Oleh karena itu kita menemukan ungkapan hendaklah kamu saling mengaku dosa. Ini tidak berarti bahwa orang Kristen harus melakukan pengakuan dosa dihadapan umum atau bahkan secara pribadi sekalipun. Dan pasti ayat ini tidak ada hubungan dengan pengakuan dosa kepada seorang imam. Orang percaya diarahkan untuk saling mengaku dosa (saling mengampuni) supaya mereka dapat saling mendoakan. Tidak ada persetujuan mengenai cara menerjemahkan bagian terakhir ayat ini, tetapi artinya jelas: seorang yang baik memiliki kuasa doa yang besar.

Ayat 17. Contohnya ialah Elia manusia biasa sama seperti kita. Doa yang dipanjatkannya mendatangkan kekeringan maupun akhir dari kekeringan tersebut.


XVIII. Membawa balik saudara seiman yang berdosa 5:19-20.

Pernyataan, saudara-saudaraku, jika ada diantara kamu yang menyimpang dari kebenaran, dan dua buah acuan untuk membawanya kembali, rupanya jelas menunjukkan bahwa orang yang dibahas adalah seorang Kristen. Jika seorang Kristen melihat bahwa saudaranya mulai meninggalkan doktrin kristiani dan tanggung jawab moral yang berasal dari doktrin tersebut, dan ia mampu membawa orang-orang itu kembali kedalam persekutuan dengan Kristus dan gereja-Nya, maka hasilnya ada dua: (1) Ia menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan (2) menutupi banyak dosa. Karena Perjanjian Baru mengajarkan tentang keselamatan seseorang didalam Kristus maka kematian disini sebaiknya dianggap kematian jasmani. Gereja mula-mula percaya dan mengajarkan bahwa jika seorang terus berbuat dosa maka orang itu mungkin mati sebelum waktunya (bdg I Kor 11:30). Dosa-dosa yang tertutupi bukanlah dosa-dosa dari saudara yang membawa kembali saudaranya tersebut , tetapi dosa dari orang yang telah berbuat salah itu. Semua kesalahan tersebut tertutupi dari hadapan Allah, yaitu cara lain untuk mengatakan bahwa semua dosa itu telah diampuni


I PETRUS

Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan : 60-63 M

Latar Belakang

Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.

Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).

Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).

Tujuan

Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.

Survey

Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya:

1. Bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
2. Bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
3. Bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
4. Bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).

Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11*). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

1. Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
2. Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
3. Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
4. Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
5. Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, dimana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).


Tafsiran I Petrus

I. Penghiburan dn kepastian di dalam penderitaan 1:1-25

A. Salam 1:1,2

Ayat 1. Dari Petrus, rasul Yesus Kristus. pengakuan terus terang surat ini mengenai siapa penulisnya, secara manusia, yaitu Petrus sang rasul. Hanya satu orang saja yang dikenal dengan sebutan demikian. Menolak pengakuan ini berarti menganggap surat ini sebagai penipuan dan menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana tulisan yang dikarang sedemikian rupa dapat dijadikan pegangan untuk mengajarkan moral dan rohani. Kepada orang-orang yang tersebar. Kalimat Yunani aslinya dapat diterjemahkan, kepada para warga asing yang tersebar. Mereka bukan orang asing bagi Petrus, melainkan warga sementara di berbagai propinsi di Asia kecil. Kewargaan mereka sesungguhnya adalah surga (bdg. Filipi 3:20). Sang rasul yang dengan sengaja menulis surat ini untuk menghibur para musafir, yang sebagian pasti sudah bertobat setelah mendengar khotbahnya pada hari pentakosta, langsung menyadari pemisahan dan pengasingan mereka dari lingkungan hidup disekitar mereka. Ungkapan tersebar, sarat dengan makna yang pedih bagi orang-orang Yahudi yang tersebar. Petrus menyesuaikan gambaran ini kepada para pembaca non Yahudinya.

Ayat 2. Orang-orang yang dipilih sesuai dengan rencana Allah. Roh Kudus membantu Petrus, bahkan hingga di dalam menuliskan kata pengantar, untuk mengemukakan sebuah landasan yang tepat untuk memberikan semangat kepada orang-orang Kristen yang merasa makin lama-makin sendirian ini. Mereka sesungguhnya adalah orang-orang yang telah dipilih dan dikhususkan oleh Dia yang perkenan-Nya adalah yang utama. Sebagaimana dikemukakan dalam bagian lain Perjanjian Baru, doktrin pemilihan ini dibuat sesuai dengan tanggung jawab pribadi, sebagaimana dimungkinkan melalui penetapan Allah sejak semula (Roma 8:29) dan yang tampak beroperasi dalam kehidupan nyata melalui kekudusan yang dianugerahkan (yang dikuduskan oleh Roh, II Tes 2:13). Hasilnya ialah taat kepada Allah dan penyucian dari pencemaran melalui percikan darah Yesus Kristus secara berkesinambungan (Ibrnai 12:24). Kepada saudara-saudara yang dikasihinya itu Petrus berdoa agar mereka dilimpahi kasih karunia (kata Yunani yang dipakai bernada salam kaum non Yahudi χαρις, Bersukacitalah), dan damai sejahtera (mengingatkan kita akan salam Ibrani Shalom). Perhatikan pula dicantumkannya ketiga oknum Tritunggal di dalam salam ini.


B. Kepastian dalam fakta-fakta yang diketahui dari Injil Kristus 1:3-12

Ayat 3. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, mengawali pembahasan secara tepat dengan ungkapan pujian dan pengakuan akan peranan Allah, sumber segala kebaikan, Petrus mulai memberikan gambaran tentang kekayaan rohani para pembacanya, yaitu kekayaan yang tetap tersedia bagi mereka sekalipun mereka menghadapi berbagai ujian dan pencobaan. Yang dikemukakan pertama adalah kelahiran baru, yang karena rahmat-Nya telah melahirkan kita kembali, sehingga dapat memiliki hidup yang penuh penghrapan yang berpusat disekitar kenyataan yang sudah sepenuhnya terbukti dan seringkali diberitakan yaitu kebangkitan Yesus Kristus.

Ayat 4. Hasil dari kelahiran baru ini ialah bahwa mereka menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa (tidak dapat dihancurkan), yang tidak dapat cemar (tidak dapat dikotori, yang tidak dapat layu (senantiasa segar), dan yang tersimpan (selalu dijaga) di sorga bagi kamu. Bagi para pembaca surat Petrus, yang sudah meninggalkan bagian mereka di dalam warisan duniawi Israel, yaitu negeri yang dijanjikan kepada nenek moyang mereka, dan yang juga akan mengenal pembuangan dan perampasan harta kekayaan (lihat Ibrani 10:34), ingatan tentang bagian yang pasti ini akan memberikan penghiburan dan keseimbangan. Betapa hal ini mengingatkan kita akan nasihat Tuhan kita kepada para pengikut-Nya agar mengalihkan kekayaan dunia mereka menjadi kekayaan yang sejati! (Misalnya Lukas 12:33,34). Ayat 5. Yang dipelihara dalam kekuatan Allah. Bagian yang senantiasa dijaga ini diperuntukkan bagi orang-orang yang dipelihara dalam kekuatan Allah. Kata dipelihara yang dipakai disini adalah kata yang sama dipakai Paulus dalam Filipi 4:7, Damai sejahtera Allah... akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Karena iman, tanggapan seseorang Kristen terhadap pemeliharaan Allah (bdg. Ibrani 10:38,39). Keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Keselamatan yang tersedia ini sudah dapat dinikmati sekarang sekalipun makna sepenuhnya masih menantikan penyataan puncaknya.

Ayat 6. bergembiralah akan hal itu, sekalipun saat ini kamu seketika harus berduka cita. Inilah sukacita kristiani, tidak terpengaruh oleh situasi berlawanan dengan asas dengan dunia sekelilingnya. Sukacita inilah yang menyebabkan Paulus dan Silas tetap dapat bernyanyi walaupun tubuh mereka penuh dengan luka karena disesah. Harus ditekankan bahwa sukacita semacam ini bukan sekedar suatu antisipasi intelektual tentang apa yang akan dimiliki kelak, melainkan suatu penerimaan sekarang ini akan kekayaan Allah melalui Roh Kudus. Sukacita merupakan salah satu unsur di dalam buah Roh (Galatia 5:22). Oleh berbagai-bagai pencobaan (πειρασμοίς atau KJV Trials) ini bukan sekedar kesulitan-kesulitan hidup biasa. Ini adalah beban penganyiayaan yang pada pada saat ini sudah mulai diderita oleh orang-orang Kristen.

Ayat 7. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu. Kata yang dipakai untuk membuktikan iman terkait erat dengan pengertian memperoleh pengakuan. Yang diutamakan adalah hasil akhirnya dan bukan prosesnya. Peragaan mutu abadi dari iman mereka ini, yang muncul cemerlang sebagai hasil dari mengalami berbagai pencobaan tersebut, jauh melebihi kecemerlangan emas yang telah dimurnikan yang sifatnya bisa musnah, dan akan memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Disini terdapat makna ganda. Pencobaan iman ini bukan hanya akan terbukti menguntungkan bagi orang Kristen ketika Kristus datang kembali saja, tetapi saat ini pencobaan iman tersebut juga memuliakan Yesus Kristus sebab diri-Nya dinyatakan (άποκαλύψει) di dalam penderitaan mereka (Bdg, Galatia 3:1).

Ayat 8. Kamu mengasihi-Nya .... kamu bergembira. Kristus, yang secara pribadi dikenal melalui iman, merupakan sukacita orang percaya yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata (lih Kolose 1:27). Ayat 9. Telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwmu. Pernyataan ini tidak mengacu kepada masa depan, tetapi kepada masa kini. Didalam kasih dan iman mereka kepada Kristus, mereka memperoleh Dia yang adalah keselamatan dan sukacita (Yoh 17:3).

Ayat 10. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi. Para nabi sangat tertarik untuk mempelajari rencana keselamatan Allah. Ayat 11. Mereka meneliti ... segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Ide mengenai keselamatan yang tersedia melalui Mesias yang menderita merupakan rahasia bagi para nabi, bahkan sesungguhnya bagi semua orang Yahudi (Kolose 1:26-27). Dengan memperkenalkan nubuat tentang kemuliaan melalui penderitaan ini Petrus pastilah sangat membangkitkan semangat para pembacanya inilah jalan hidup yang dinubuatkan dalam Alkitab, jalan hidup yang telah dilalui Tuhan mereka dan sekarang mereka dipanggil untuk melaluinya. Ayat 12. Mereka bukan melayani diri mereka sendiri (para nabi) sendiri, tetapi melayani kamu. Sebuah prinsip penting yang diilhamkan. Kadang-kadang Allah memilih untuk menyatakan sesuatu melalui kitab suci yang ada diluar jangkauan pemahaman para penulisnya (bdg. Daniel 12:8,9). Jadi disini terdapat Injil yang dianugerahkan melalui para nabi, diberitakan oleh para pengkhotbah yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, sesuatu yang mengherankan para malaikat.


C. Kepastian dalam kekudusn hidup yang disediakan Allah 1:13-25

Ayat 13. Sebab itu siapkanlah akal budimu. Petrus menasihati mereka agar berani menghadapi realitas kasih Allah (bdg. Ibrani 12:12-13). Waspadalah. Nasihat untuk menilai fakta-fakta yang ada dengan wajar tanpa emosi dan kepanikan yang berlebebihan (diulangi di 4:7; 5:8). Pengharapan seluruhnya. Ketekunan kristiani memiliki kwalitas rohani. Ketekunan tersebut merupakan ketekunan pengharapan kepada Tuhan kita Yesus Kristus. (1 Tes 1:3). Kasih karunia yang dianugerahkan. Jelas bahwa kita tidak dapat memahami hal ini sepenuhnya. Pasti tercakup didalamnya penebusan tubuh (Filipi 3:21; Roma 8:23). Bandingkan dengan pernyataan pada ayat 5 diatas.

Ayat 14. Sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsumu. Sesungguhnya janganlah kamu menjadi serupa (bdg. Roma 12:2) dengan hawa nafsu daging yang dahulu (Ef 2:3). Keinginan hidup seorang Kristen sudah diubah; tetapi jika orang Kristen itu tidak waspada maka dia akan diseret dan dipikat oleh keinginannya sendiri (bdg. Yakobus 1:14). Ayat 15-16. Sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu. Kedatangan kembali Kristus yang sudah dekat, pengharapan berharga dari semua orang percaya, juga merupakan suatu perangsang kuat untuk memiliki kehidupan yang kudus (I Yoh 3:3). Karena Kristus kudus, ingatlh betapa malunya Petrus ketika menyadari keadaan berdosannya setelah Yesus bangkit dan dimana kala itu Petrus sedeang menjala ikan di tepi danau Galilea (Yoh 21:7). Kuduslah kamu merupakan perintah yang sangat jelas kita temukan dalam Pentateuk.

Ayat 17. Jika kamu menyebut-Nya Bapa. Petrus berbicara kepada orang yang sedang berdoa memohon dibebaskan dari penganyiayaan tidak adil yang sedang mereka alami, tetapi yang harus menyadari bahwa Allah sendiri adalah hakim. Hidup dalam kematian. Kesadaran akan kenyataan tersebut akan membuat orang hidup dengan hati-hati dan saleh. Orang bijaksana dikenal melalui apa dan siapa yang ditakuti olehnya (Mat 10:28).

Ayat 18, 19. Kamu telah ditebus ... bukan dengan barang yang fana. Para pembaca pertama surat Petrus ini adalah orang-orang yang sederhana dan miskin. Untuk kedua kalinya (bdg ayat 7) Petrus membuat sebuah acuan menghina kepada kekayaan sementara dibandingkan dengan warisan keselamatan yang tak terhitung harganya. Dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. Istilah yang mahal (τιμίω with precious) merupakan istilah yang khas dari Petrus. Ketidakberdosaan sempurna dari sang Anak Domba, penderitaan yang seharusnya ditanggung oleh manusia, merupakan landasan bagi suatu cara menilai yang baru dan surgawi. Ayat 20 – 21. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan ... menyatakan. Penderitaan Kristus bukan suatu keadaan darurat. Penderitaan tersebut merupakan rencana Allah yang terbaik mengingat dosa. Kenyataan ini akan sangat menghibur orang-orang kudus yang kini mulai mengalami penderitaan. Karena kamu. Lebih tepat diterjemahkan melalui kamu. Kristus benar-benar termanifestasi melalui mereka pada saat mereka mengandalkan dan berharap kepada Allah yang sama yang juga telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.

Ayat 22. Karena kamu telah menyucikan dirimu. Petrus mengacu kepada kesungguhan dari pertobatan mereka, suatu kenyataan yang disadari oleh para pembacanya. Mereka benar-benar telah diubah, menyucikan diri. Perubahan hati ini telah menghasilkan kasih persaudaraan yang tidak munafik (φιλαδελφιαν, KJV: Brotherly love). Kini Petrus mendirong mereka untuk mengikuti dan melaksanakan prinsip yang sama: hendaklah kamu sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Ayat 23-25. karena kamu telah dilahirkan kembali ... oleh Firman Allah. Sekalipun menurut pikiran manusia suatu perubahan yang hanya dihsilkan oleh Firman Allah saja tanpaknya merupakan suatu pengertian yang sangat lemah. Namun Petrus mengutip penegasan Yesaya bahwa kesatuan yang rupanya rapuh dan tidak kelihatan ini – Firman Allah – akan lebih abadi dari segala gejala alamiah yang ada (Yesaya 40:6-8). Dan inilah Firman yang memberi makna kepada iman mereka dan kepada diri mereka sendiri.



II. Tanggapan berhati-hati tentang kekudusan praktis 2:1-3:22
A. dasar-dasar positif dan negatif dari kekudusan 2:1-3

Ayat 1. Buanglah segala kejahatan. Didalam kekudusan terdapat tahap yang negatif dan membersihkan (Efesus 4:22 dst; Kolose 3:9 dst). Disini dikemukakan munculnya sifat-sifat jelek yang berpusat pada kasih terhadap diri sendiri: kejahatan, atau lebih tepatnya memiliki sifat jahat; tipu muslihat, menyembunyikan motivasi tidak layak yang berusaha disebarkan olehnya; kemunafikan berpura-pura melakukan hal benar yang tidak disadari; fitnah, melukai hati orang lain demi kepentingan diri sendiri.

Ayat 2. Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin. Kata-kata Yunani yang dipakai memberikan gambaran seorang bayi yang tidak sabar dan lahap meminum susu ketika sudah tiba waktunya. Petrus telah berbicara tentang bekerjanya Firman Allah di dalam pembaharuan mereka (1:23-25). Sekarang dia mendorong mereka yang baru dilahirkan kembali itu untuk mengembangkan suatu dahaga yang sehat terhadap Firman tersebut yang sekalipun sangat berkuasa, juga murni seperti halnya susu. Dengan demikian para pembacanya akan bertumbuh hingga beroleh keselamatan. Kata-kata terakhir ini mengacu kepada kelepasan tertinggi yang akan dialami oleh orang-orang percaya (bdg. 1:5, 13). Ayat 3. Jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. Pengingat lain akan kasih karunia yang telah mereka alami (bdg. Mazmur 34:9).

B. Keterlibatan pembaca dalam masyarakat kudus, gereja 2:4-10

Ayat 4. Datanglah kepada-Nya batu yang hidup itu. Petrus sekarang tiba pada jaminan yang kokoh yang menghibur bahwa para pembacanya, yang sedang diejek dan dicerca sebagai buangan (orang-orang pendatang, 1:1) oleh sesama mereka, adalah anggota suatu masyarakat yang kudus dan mulia yaitu jemaat. Petrus dengan tepat mengawali pembahasan mengenai kenyataan tersebut dengan masalah hubungan pribadi dengan Kristus. Dia sendiri ditolak seperti mereka, tetapi juga seperti mereka Dia dipilih dan dihormati di hadirat Allah.

Ayat 5. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup. Disini dikemukakan kesamaan seseorang percaya dengan Kristus. Kata-kata yang sama untuk Tuhan dipakai untuk orang percaya.

Ayat 6. Sebab ada tertulis dalam kitab suci. Petrus kini menyebutkan sumber kutipannya, Yesaya 28:16. menarik untuk dicatat bahwa yang ditekankan dalam kitab Yesaya tersebut ialah fungsi batu sebagai dasar yang kokoh (bdg I Kor 3:11). Tidak diragukan bahwa pemahaman Petrus mengenai gambaran ini mengacu balik kepada cara Tuhan memakainya (Mat 21:42), dengan mengikuti kata-kata dalam Mazmur 118:22-23. Petrus sendiri telah menggunakan ayat ini ketika menjawab Sanhedrin dalam Kisah Para Rasul 4:11.

Ayat 7-8. Karena itu bagi kamu yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya ... suatu batu sandungan. Bentuk kata benda dari kata berharga dipakai disini: secara harafiah artinya sebuah kehormatan. Sesuatu yang sangat dihargai. Melalui ungkapan ini Kristus secara sederhana diperkenalkan sebagai Juruselamat dan Hakim. Kemurahan yang ditolak berubah menjadi hukuman. Hal ini merupakan doktrin Kristus (Mat 21:44; Yoh 12:48). Didalam nats ini orang percaya dikontraskan dengan orang yang tidak percaya atau yang tidak taat. Jadi iman ditampilkan sebagai ketaatan dan kesediaan yang pokok. Untuk itu mereka juga telah disediakan. Berlndaskan pada pengetahuan Allah tentang apa yang akan terjadi, maksud ilahi yang sama memilih para pembaca surat Petrus sebagai anak-anaknya sendiri, sayang sekali telah menetapkan mereka yang tidak taat untuk menanggung akibat yang timbul dari sikap mereka tersebut.

Ayat 9-10. Tetapi kamulah bangsa yang terpilih. Pernyataan ini secara kuat mengingatkan kita akan ajaran Kristus sendiri. Acuan-Nya kepada batu penjuru yang ditolak berhubungan dengan perumpamaan-Nya tentang pekerja-pekerja kebun anggur yang telah membunuh putra dari pemelik kebun anggur itu. Pada saat yang bersamaan dan seiring dengan acuan-Nya tentang batu penjuru yang ditolak, Yesus mengatakan kepada para pemimpin Yahudi, Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu (Matius 21:43). Petrus kini menulis kepada bangsa ini, yang kesetiaan dan kelayakan mereka langsung menandai mereka sebagai anak-anak sang Raja dan mencerminkan penghargaan kepada Dia yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan kepada terang-Nya. Kata-kata yang diterjemahkan menjadi Umat kepunyaan Allah sendiri secara harafiah umat yang mendatangkan keuntungan. Kadang-kadang kata ini menunjuk kepada perolehan sesuatu yang sangat diinginkan (Kis 20:28; Itim 3:13). Kadang-kadang kata ini berarti perlindungan atau keselamatan. Dalam Ibrani 10: 39 kata ini diterjemahkan dengan beroleh hidup yang dibedakan dengan binasa, inilah suatu nasihat pembangkit semangat yang luar biasa. Surat ini ditulis kepada orang-orang yang sangat dihargai, orang-orang yang harus diselamatkan, orang-orang yang layak dimiliki. Petrus mengakhiri doktrin ini dengan mengutip kta-kata Hosea (1:6, 9; 2:23). Sebelumnya mereka itu bukan umat Allah – mungkin karena mereka keturunan bukan Yahudi – tetapi sekarang mereka telah menjadi umat-Nya.


C. Hidup tanpa cela, jawaban terhadap penganyiayaan 2:11-3:13

Ayat 11. Sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri. Petrus mengesampingkan kenyataan bahwa mereka adalah sebuah umat yang rajani. Dan kembali mengingatkan bahwa mereka adalah perantau. Dia mengangkat kembali pokok pikiran pada 2:11 dan menyuruh mereka menjauhkan diri dari segala bentuk keinginan daging yang yang berjuang melawan jiwa. Gambaran berjuang melawan bukanlah gambaran tentang pertempuran satu lawan satu, tetapi suatu serangan militer yang telah direncanakan dengan teliti dan memiliki ssaran tertentu. Gambaran ini dpat disamakan dengan pemamfaatan yang luar biasa terhadap kelemahan Simson oleh Delila untuk menghancurkan Simson. Ayat 12. Milikilah cra hidup yang baik (kata yang sama dengan perbuatan-perbuatan baik, yang dipakai di ayat kemudian). Sekalipun mereka ini adalah umat pilihan Allah, tetapi mereka hidup di tengah-tengah orang kafir yang cenderung memfitnah mereka sebagai durjana. Hakikat kekristenan sendiri bertentangan dengan dengan segala kesia-siaan dari kekafiran. Oleh karena itu dimana-mana kekristenan akan senantiasa mendapat perlawanan (Kis 28:22). Seperti halnya Nuh, ke-Kristenan menghukum dunia (Ibrani 11:7). Inilah penjelasan utama bagi kesediaan orang-orang kafir untuk memperatikan dan menganyiaya orang-orang yang menurut mereka tidak berarti ini. Petrus mengetahui bahwa satu-satunya jawaban terhadap mereka ini adalah cara hidup yang baik, yaitu cara hidup yang membuat orang-orang yang memusuhi mau tidak mau mengeluarkan pujian. Pada hari Ia melawat mereka (lebih tepat pada hari Ia memeriksa) seprti seorang panglima yang memeriksa pasukannya.

Ayat 13, 14. Tunduklah ... kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja ... kepada wali-wali yang diutusnya. Seorang Kristen adalah warga yang taat hukum, cermat dan penuh disiplin diri. Ayat 15. Dengan berbuat baik kamu membungkam kepicikan orang-orang yang bodoh . Plini dalam laporannya kepada Trajan mengenai orang-orang Kristen di Pontus dan di Bitinia dua propinsi yang disebutkan 1:1, berbicara tentang berbagai kejahatan yang terkait dengan nama Kristen. Sekalipun berasal dari waktu yang agak kemudian (kira-kira 112 M), laporan ini melukiskan cara yang semena-mena untuk menyebutkan kelompok tertentu sebagai penjahat. Jawaban berupa cara hidup yang baik merupakan satu-satunya pembelaan diri yang terbaik.

Ayat 16. Hiduplah sebagai orang merdeka. Pengendalian diri yang merupakan hasil penguasaan Roh Kudus merupakan satu-satunya dasar yang kokoh bagi kebebasan; Jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Hiduplah sebagai hamba (budak) Allah. Orang yang dikuasai sepenuhnya oleh Allah adalah orang yang merdeka sepenuhnya.

Ayat 17. Hormatilah ... kasihilah ... takutlah. Terungkap dalam ayat ini penyangkalan diri dan kerelaan untuk memberikan kepada setiap orang haknya. Kata yang diterjemahkan untuk hormatilah terkait dengan kata mahal dan menunjukkan penghargaan tinggi orang Kristen terhadap kepribadian seseorang. Kata untuk kasihilah menunjuk kepada kasih ilahi, agape, dari I Korintus 13, anugerah-Nya. Dengan kasih inilah Kristus menantang Petrus dua kali dalam Yohanes 21:15-16, yang oleh Petrus secara jujur dijawab dengan, aku mengasihi engkau. (kasih phileo)

Ayat 18-20. Hai kamu hamba-hamba tunduklah ... juga kepada yang bengis. Orang yang dipenuhi Roh memperoleh kemampuan untuk memenuhi perintah-perintah yang tidak masuk akal, ia bahkan mustahil menurut tolok ukur yang berbeda. Kasihilah musuh-musuhmu, semua ini hanya mampu dilaksanakan oleh mereka yang dikuasai sepenuhnya oleh Dia yang berdoa bagi orang-orang yang menyalibkan diri-Nya, Bapa ampunilah mereka. Adalah kasih karunia. Pemberian upah dimulai ketika manusia bersedia melakukan hal yang tidak masuk akal. Orang yang melayani Allah tanpa dibekali dengan kasih ilahi hanyalah membangun diatas kayu dan jerami. Dapatkah disebut pujian ...? Bandingkan dengan pertanyaan Kristus dalam Lukas 6:32-36. Kasih karunia pada Allah. Kata yang diterjemahkan dengan kasih karunia adalah kata Yunani χαρις yang memiliki arti ganda yang indah yaitu, kasih karunia dan kemurahan hati. Kata ini dapat membuat kalimat tersebut berarti, Bila kamu melakukan yang benar, dan menderita .... dengan sabar itu adalah kemurahan hati pada Allah.

Ayat 21-23. Kristuspus telah menderita untuk kamu. Kristus tentu saja merupakan personifikasi dari kasih ilahi. Itulah teladan untuk kita. Ia tidak berbuat dosa. Oleh karena itu segala bentuk hukuman dan penghinaan terhadap-Nya adalah tanpa alasan Ia tidak membalas ... tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Inilah penggenapan sempurna dari Roma 12:19,20. Pembalasan itu adalah hak-Ku ... Firman Tuhan. Tetapi jika seterumu lapar berilah ia makan. Ayat 24. Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuh-Nya. Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa semua itu dialami oleh Kristus untuk mereka semua. Supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Secara tidak langsung Petrus menunjukkan bahwa kematian Kristus bukan sekedar teladan. Dengan ikut ambil bagian dalam salib-Nya mereka juga akan ambil bagian dalam hidup-Nya yang berkemenangan. Oleh bilur-bilurnya ... Selwyn (The First Epistle of St. Peter, hlm 95) meminta perhatian kita pada tiga alur berpikir Petrus tentang pendamaian: nak Domba paskah, yang tak bernoda dan tak bercacat (1:19), hamba yang menderita dari Yesaya 53, Oleh bilur-bilur-Nya kamu menjadi sembuh, dan kambing penghapus dosa yang memikul dosa kita didalam tubuh-Nya di kayu salib. Ayat 25. Dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi ... Petrus sedang mendesak para pembacanya agar mereka ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus. Mereka sudah mengambil langkah awal di dalam memikul salib tersebut; mereka yang dahulu adalah domba-domba yang tersesat kini telah berbalik kepada gembala dan pemelihara jiwa.

3:1-6. Demikian juga kamu, hai istri-istri. Sesudah membahas pengertin dri kekudusn bagi para hamba, Petrus kini mengarahkan perhatiannya kepada para perempuan yang sudah berumah tangga. Kepada mereka Petrus mengatakan, Tunduklah kepada suamimu (bdg Efesus 5:22; Kol 3:18). Hukum kasih ilahi masih tetap merupakan latar belakang. Suami diakui sebagai pemimpin dalam rumah tangga, sehingga kehidupan para istri yang murni dan saleh akan memenangkan beberapa orang suami yang belum percaya kepada Kristus. Sang isteri tidak boleh menarik suaminya dengan cra berdandan, memakai perhiasan secara berlebihan atau pakaian yang indah, tetapi melalui roh yang lemah lembut dan tentram yang merupakan sikap yang begitu jarang didunia namun sangat dihargai oleh Allah. Isteri para leluhur Israel merupakan teladan dalam hal sikap semacam ini (Ayat 5). Ayat 6 mengingatkan para perempuan Kristen bahwa mereka adalah anak-anak perempuan Sara, kamu adalah anak-anaknya jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Ayat 7. Demikian juga kamu hai suami-suami. Sekarang berlanjut pada pengertian tentang kekudusan hidup para suami. Petrus memerintahkan bahwa hubungan pernikahan harus dipandang dengan penuh perhatian, hiduplah bijaksana. Inilah lawan dari sifat mementingkan diri sendiri. Hormatilah mereka sebagai teman pewaris. Hormatilah artinya memberi hormat dengan sengaja kepada isteri yang adalah teman pewaris dari kasih karunia Allah. Supaya doamu jangan terhalang. Perasaan marah yang muncul dari perilaku mementingkan diri sendiri di dalam rumah, menjadikan mustahil ada doa yang efektif harus, tanpa marah dan tanpa perselisihan (I Tim 2:8).

Ayat 8, 9. Hendaklah semua seia sekata. Ini mengingatkan kita kepada kesehatian, pada hari pentakosta atau kepada perintah Paulus agar jemaat di Filipi satu roh (Filipi 1:27) dan juga satu jiwa dan satu tujuan (Filipi 2:2)

Ayat 10-12. Siapa yang mau mencintai hidup. Sang rasul mengutip Mazmur 34:13-17 di dalam pengajarannya mengenai kehidupan penuh berkat yang merupakan wujud dari kehidupan yang diarahkan dan dikuasai oleh Roh Kudus, sehingga hasilnya diawasi langsung oleh Tuhan yang mata-Nya senantiasa tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong. Ayat 13. Siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu...? ini menegaskan pendapat bahwa tidak ada hukum yang menentang perbuatan baik.


D. Kemenangan ditengah penderitan tidak adil 3:14-22

Ayat 14-15a. Sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran kamu akan berbahagia. Kebajikan ini, tentu saja mengingtkan kita pada ucapan bahagia Tuhan di Matius 5:11, 12. Petrus kemudian mengutip kata-kata yang diucapkan Allah kepada Yesaya (Yesaya 8:12-13), yang bunyinya adalah sebagai berikut, Apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya. Tetapi Tuhan semesta alam Dialah yang harus kamu akui sebagai yang kudus; kepada-Nyalah kamu harus takut dan terhadap Dialah kamu harus gentar.

Ayat 15b, 16. Siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggungan jawab. Sikap yang dilukiskan disini adalah lemah lembut dan hormat, namun siap sedia. Hal ini juga merupakan suatu kemampuan yang adalah anugerah Roh. Ingatlah akan nasihat Kristus, janganlah kamu khawatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata melainkan Roh Kudus. (Markus 13:11). Ingatlah pembelaan Stefanus (Kis 6:10) dan Paulus (Kis 24:24; 26:24-28) yang tidk dapat dijawab oleh mereka yang menentang kedua tokoh tersebut. Dengan hati nurani yang murni. Seperti sudah dibahas diata, kemudian hidup dilihat sebagai dasar pembelaan diri yang paling kuat. Ayat 17-18. Sebab lebih baik ... sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar. Yang dimaksudkan adalah penderitaan yang diizinkan Allah untuk maksud yang baik. Kembali Kristus ditampilkan sebagai teladan (bdg 2:24), yang hasil dari penderitaan-Nya adalah pendamaian antara orang yang terhilang dengan Allah, bersamaan dengan pembenaran diri-Nya sendiri melalui kebangkitan-Nya oleh kuasa Roh Kudus.

Ayat 19, 20. Didalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil. Disini kita berhadapan dengan sebuah pengalihan yang sulit dipahami. Kata memberitakan disini εκηρυζεν (proclaimed) memproklamasikan, atau memberitakan kemenangan Kristus atau Injil (bukan menyelamatkan para roh-roh itu).

Ayat 21. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan. Bandingkan Ibrani 10:22. rupanya yang dimaksudkan ialah bahwa baptisan air melambangkan pentahiran rohani. Jelas yang menyelamatkan kita bukanlah upacara lahiriah yang berupa baptisan tetapi karena anugerah Allah yang mentahirkan kita atau membersihkan kita dari segala dosa kita. Ayat 22. Setelah Ia naik ke surga, Petrus menjelaskan bahwa Yesus Kristus naik ke surga setelah menaklukkan kuasa-kuasa iblis.


III. Makna rohani dari penderitaan 4:1-19

A. Penderitan jasmani sebagai lambang matinya kehidupan daging 4:1-6

Ayat 1a. Karena Kristus telah menderita ... kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian. Filipi 2:5 memakai bentuk verbal dri pikiran dn menandaskan, Hendaklah kamu ... menaruh pikiran ... yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Pokok pikiran yang disampaikan disini sangat mirip. Kata Yunani yang dipakai berbeda menunjukkan kepribadian Paulus dan Petrus yang berbeda. Oleh mereka berdua Kristus dilihat sebagai teladan dan pemberi semangat bagi orang-orang percaya di dalam penderitaan. Ayat 1b, 2. Barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa. Petrus sekarang memandang kematian yang dihadapi oleh setiap orang (Roma 7:1-4), sebagai peristiwa ketika mana manusia dilepaskan dari segala keinginan dan pengabdian kepada dosa. Petrus kemudian langsung mengedepankan persamaan rohaninya. Orang-orang yang ikut berbagi salib Kristus tidak lagi terpikat oleh daya tarik dosa seperti keinginan-keinginan manusiawi biasa, sebab dia hanya terpikat oleh daya tarik Allah (Galatia 6:14).

Ayat 3-4. Telah cukup banyak waktu kamu pergunakan. Secara harafiah sudah cukuplah waktu yang lalu itu untuk melaksanakan kehendak orang-orang kafir. Kemudian Petrus mengemukakan sebuah daftar dosa mengerikan yang dilakukan ketika berada diluar pengaruh kasih karunia Allah. Mereka heran ... mereka memfitnah. Kehidupan orang percaya yang berubah membuat mereka dianggap orang aneh, bahkan dianggap asing, sehingga orang kafir mengutuk orang Kristen. Ayat 5. Mereka harus memberi pertanggungan jawab, tetapi bagaimanapun juga mereka bertanggung jawab kepada Allah dan bukan kepada manusia.

Ayat 6. Injil ... diberitakan juga kepada orang-orang mati. Beberapa penafsir menghubungkan ayat ini dengan 3:19,20. Lange melihat kedua nas ini sebagai pemberitaan Injil pasca penyaliban kepada orang-orang kuno yang tidak percaya yang dilakukan oleh Kristus, sebuah tawaran keselamatan selanjutnya yang tidak diragukan lagi diterima oleh banyak diantara mereka. John Owen mengatakan, Dengan tujuan ini (maksudnya hukuman terakhir yang baru saja disebutkan) Injil diberitakan juga kepada orang-orang (para martir) yang kini sudah meninggal dunia, sehingga mereka (sebagaimana adanya) dapat dihakimi di dalam daging (dan dikutuk untuk mati sebagai martir) menurut cara manusia, tetapi hidup dalam Roh menurut Allah. Jadi disini diajarkan bahwa mengingat hukuman terakhir kelak, orang-orang mati sebagai martir keadaannya lebih baik daripada orang-orang tidak percaya yang tercantum di ayat 3.

B. Hidup tersalib, ditandai oleh kasih Ilahi 4:7-11

Ayat 7. Kesudahan ... sudah dekat. Dengan fokus masih terarah kepada penghakiman, sang rasul memerintahkan sikap mengendalikan diri (kuasailah dirimu). Tenang dan gunakanlah doa. Ayat 8. kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain. Disini kembali yang dikemukakan adalah kasih ilahi (Agape). Ayat 9. mengasihi (memberi tumpangan) tanpa ada sungut-sungut) tetapi dengan sukacita. Ayat 10. melayani seorang akan yang lain dengan berkat rohani yang telah Tuhan berikan. Seorang pemberita Firman atau pembicara yang berbicara tentang hal-hal rohani harus berhati-hati, jangan sampai kehendak manusia yang dia ajarkan tetapi seharusnya kehendak Allah yang harus diberitakan. Biar Allah dimuliakan dalam segala sesuatu.

C. Api penganyiayaan dilihat sebagai pengudusan 4:12-19

Ayat 12. Janganlah kamu heran akan nyala api siksaan. Petrus mengingatkan para pembacanya agar jangan terperanjat, kelihatannya menunjuk kepada ujian yang lebih keras daripada yang mereka alami selama ini. Ayat ini cocok dengan penganyianyaan di bawah perintah Nero ketika orang-orang Kristen di bakar pada malam hari sebagai alat penerangan di taman-taman kerajaan. Petrus yang berada di Roma, kwatir bahwa peristiwa ini cepat menjalar ke semua propinsi. Ayat 13. Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus. Ini adalah ikut bagian secara rohani (2:24) sebelumnya merupakan persiapan yang cukup. Nasihat untuk bersukacita mengingatkan kita akan kata-kata Yesus dalam Matius 5:12. Pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Atau pada waktu ia menyingkapkan (Apokalupsis) kemuliaan-Nya. Suatu kebangkitan yang lebih baik. (Ibrani 11:35) tersedia bagi mereka. Ayat 14. Berbahagialah kamu jika kamu dinista karena nama Kristus. Sebuah ucapan berkat yang lain lagi. Roh Allah ada padamu. Allah berbiri bersama-sama dengan orang-orang sebagai martir. Ingatlah akan pancaran kemuliaan Stefanus ketika ia mati (Kis 6:15; 7:55). Sementara manusia menggertak dan menghujat, ketenangan seorang martir memuliakan Allahnya. Ayat 15. Janganlah ada ... yang harus menderita sebagai pembunuh. Ayat 16. pada zaman itu kesusahan banyak menimpa seorang Kristen. Petrus mengatakan jangan malu, hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus. Ayat 17-18. Memberikan gambaran bahwa penghakiman dimulai dari rumah Allah. Hal ini diijinkan untuk semakin menyucikan orang-orang percaya. Orang yang menderita karena Kristus diajak untuk berserah kepada Dia. Melakukan hal ini adalah gambaran ketenangan dari kasih yang ditanamkan oleh Tuhan yang menghapuskan ketakutan. (Bdg. I Yoh 4:18).

IV. Kasih Ilahi selaku pedoman hidup bergereja 5:1-11
A. Para Penatua harus memimpin dengan kasih 5:1-7

Ayat 1. Petrus menunjukkan bahwa karunia untuk martir juga adalah prinsip hidup yang indah. Ayat 2-4. Gembalakanlah kawanan domba Allah. Tidakkah kata-kata ini mengingatkan kita akan kata-kata Kristus kepada Petrus, Gembalakanlah domba-domba-Ku (Yoh 21:15-17). Mungkin penugasan untuk melayani sebagai gembala yang dikenakan kepada penatua berasal dari sini. Jangan dengan paksa tetapi......, pernyataan ini mengingatkan kita akan ajaran Tuhan Yesus mengenai gembala yang baik (Yoh 10:1-16) yang pasti telah didengar oleh Petrus. Ketika Dia datang kembali, Kristus akan menganugerahkan kepada para gembala bawahan-Nya itu mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. Ayat 5-7. Demikian jugalah kamu hai orang-orang muda, tunduklah. Sikap para penatua haruslah penuh kasih dan menghormati orang lain, sebuah teladan yang mempermudah orang-orang yang lebih muda untuk mengikuti teladan mereka. Semua gembala diminta merendahkan hati. Sebab orang yang rendah hati yang dapat tenang, dan dapat berserah secara sungguh kepada Allah.

B. Iblis harus dilawan dengan kasih krunia Ilahi 5:8-11

Ayat 8-9. Sadarlah dan berjaga-jagalah ....., nats ini sangat mungkin mengacu secara tidak langsung kepada Nero atau sebuah gelanggang yang penuh singa. Lawanlah dia. Bandingkan Yakobus 4:7. ketegasan seorang Kristen karena Allah dipihak yang benar. Petrus mengatakan bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan kemudian ayat 10. Petrus mengingatkan bahwa sekalipun mereka dalam keadaan penderitan mereka memiliki Allah yang disebut sumber segala kasih karunia, Dia adalah yang empunya kuasa untuk selama-lamanya.


V. Salam penutup dan berkat 5:12-14

Ayat 12. Dengan perantaraan Silwanus ... aku menulis. Beberapa penafsir mengatakan bahwa Silwanus hanyalah pengantar surat ini. Ayat 13. Dari kawanmu yang terpilih di Babilon. Disini Petrus mengucapkan salam dari sesama orang terpilih. Juga ... Markus anakku, tidak diragukan lagi bahwa ini menunjuk Yohanes markus. Berilah salam kepada yang lain dengan cium kudus (sebenarnya kasih agape) ....


II PETRUS

Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M

Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Pet 1:13-15).

Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.

1. Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.
2. Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.

Tujuan
Petrus menulis surat ini

1. Untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan
2. Untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli. Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang percaya yang sejati:
a. Untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum" (2Pet 3:17), dan
b. Untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Pet 3:18).

Survey

Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).

Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1) dengan
menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat. Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang
percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini:

1. Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).
2. Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama (Lihat "PENDAHULUAN SURAT YUDAS").
3. Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus yang kedua.
4. Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).


Outline II Petrus

I. Pembaca di dorong untuk maju dalam kasih karunia 1:1-21
A. Salam dan doa untuk kemajuan rohani pembaca 1:1,2
B. Mengingat tentang realitas warisan rohani mereka 1:3,4
C. Tantangan untuk menggapai seluruh implikasinya 1:5-11
II. Peringatan Petrus tentang Bahaya Guru Palsu 2:10-22
D. Adanya guru palsu tidak bisa di elakkan 2:1-3a
E. Hukuman bagi guru palsu 2:3b-9
F. Ciri-ciri guru palsu 2:10-22
III. Kedatangan Kristus kedua kali mengharuskan penaklukan Rohani 3:1-18
E. Kedatangan Kristus dalam kemuliaan sudah diketahui 3:1,2
F. Objek keraguan 3:3-9
G. Mengandung bencana 3:10
H. Perangsang untuk hidup kudus 3:11-18a
IV. Berkat Rasuli 3:18b)


I YOHANES

Penulis : Yohanes
Tema : Kebenaran
Tanggal Penulisan : 85-95 M

Latar Belakang
Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias,Ireneus, Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus.Kesamaan kuat dalam gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes (Lihat "PENDAHULUAN INJIL YOHANES").

Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung jawab rasulinya (bd. Wahy 1:11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya secara lisan.

Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4; 1Yoh 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yoh 3:7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6; 1Yoh 5:4-5).

Tujuan
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:

1. Untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu.
2. Untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1:4) dan kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.

Survey
Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru palsu, yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yoh 2:18-22) sedang meninggalkan ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti surat 2 Petrus dan Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan menghukum guru palsu (mis. 1Yoh 2:18-19,22-23,26; 1Yoh 4:1,3,5) dengan ajaran dan kelakuan mereka yang merusak.

Dari segi yang positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang sejati dengan Allah (mis. (1Yoh 1:3--2:2) dan menyatakan Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi:

1. Ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yoh 1:1-3; 1Yoh 2:21-23; 1Yoh 4:2-3,15; 1Yoh 5:1,5,10,20).
2. Ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yoh 2:3-11; 1Yoh 5:3-4)
3. Ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:6-9; 1Yoh 2:3-6,15-17,29; 1Yoh 3:1-10; 1Yoh 5:2-3).
4. Ujian kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yoh 2:9-11; 1Yoh 3:10-11,14,16-18; 1Yoh 4:7-12,18-21).
5. Ujian kesaksian Roh (1Yoh 2:20,27; 1Yoh 4:13; 1Yoh 5:7-12). Yohanes menyimpulkan bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka memiliki hidup kekal (1Yoh 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata dalam hidup mereka.

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

1. Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan.
2. Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).
3. Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.
4. Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelmaan dan darah (yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.
5. Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal", "mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".

Outline I Yohanes

I. Pendahuluan 1:1-4
A. Oknumnya 1:1,2
B. Tujuan Penulisan 1:3,4
C. Syarat-syarat persekutuan 1:5-10
D. Penyesuaian dengan standar 1:5-7
E. Pengakuan dosa 1:8-10
II. Perilaku persekutuan 2:1-29
A. Sifat perilaku kita 2:1-11
B. Perintah dalam berperilaku: Pemisahan 2:12-17
C. Pengakuan Iman untuk perilaku kita: Penegasan 2:18-29
III. Ciri-ciri persekutuan 3:1-24
A. Dalam kaitan dengan prospek kita – kemurnian 3:1-3
B. Dalam kaitan dengan kedudukan kita – kebenaran dan kasih 3:4-18
C. Dalam kaitan dengan doa – jawaban 3:19-24
IV. Berbagai peringatan persekutuan 4:1-21
A. Peringatan tentang Roh-roh pendusta: Nabi palsu 4:1-6
B. Peringatan tentang Roh Kasih: Pengakuan palsu 4:7-21
V. Penggerak persekutuan 5:1-21
A. Iman kepada Kristus yang dibuktikan oleh perilaku yang kita tunjukkan 5:1-5
B. Iman kepada Kristus yang dibuktikan oleh bukti kebenaran yang kita tunjukkan 5:6-12
C. Iman kepada Kristus yang dibuktikan oleh keyakinan yang kita tunjukkan 5:13-21


II YOHANES

Penulis : Yohanes
Tema : Berjalan Dalam Kebenaran
Tanggal Penulisan : 85-95 M

Latar Belakang

Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (ayat 2Yoh 1:1). Barangkali ini adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua dasawarsa terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan kedudukannya yang sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih hidup.

Yohanes menulis surat ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya" (ayat 2Yoh 1:1). Beberapa orang menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara kiasan sebagai suatu gereja lokal, "anak-anaknya" sebagai anggota jemaat, dan "anak-anak saudaramu yang terpilih" (ayat 2Yoh 1:13) sebagai jemaat tetangga. Orang lain lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah sebagai seorang janda terhormat yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal di Asia Kecil yang di bawah pengawasan rohani Yohanes.

Keluarganya (ayat 2Yoh 1:1) dan keluarga saudaranya (ayat 2Yoh 1:13) adalah orang terkenal dalam gereja-gereja di wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2 Yohanes tampaknya ditulis dari Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

Tujuan

Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu tentang hal memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru, penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes.

Survey

Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1Yohanes mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan menyimpang dari berita rasuli (ayat 2Yoh 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang terpilih" dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran" (ayat 2Yoh 1:4). Kasih yang sejati terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama (ayat 2Yoh 1:6). Kasih Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan kesalahan dan tidak membuka pintu bagi guru palsu (ayat 2Yoh 1:7-9). Menerima guru palsu dengan ramah berarti berpartisipasi dalam kesalahan mereka (ayat 2Yoh 1:10-11). Surat ini singkat karena Yohanes merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini untuk berbicara "berhadapan muka" (ayat 2Yoh 1:12).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini:

1. Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.
2. Surat ini sangat mirip dengan 1 dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya penulisannya yang sederhana.
3. Surat ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat
4. Yohanes dengan memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada pekerja yang bukan dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai kebijaksanaan saksama dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul sebelum membantu pekerja tersebut.

Outline II Yohanes

I. Pendahuluan 1-3
A. Penulis (1)
B. Alamat (1)
C. Salam (2,3)
II. Peringatan terhadap ajaran sesat 4-11
A. Isi ajaran sesat 4-6
B. Penyebab adanya ajaran sesat 7
C. Dampak-dampak ajaran sesat 8-11
III. Penutup 12, 13


III YOHANES

Penulis : Yohanes
Tema : Bertindak Dengan Setia
Tanggal Penulisan : 85-95 M

Latar Belakang

Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua" (ayat 3Yoh 1:1; Lihat "PENDAHULUAN SURAT 2YOHANES"). Surat pribadi ini dialamatkan kepada seorang percaya yang setia bernama Gayus (ayat 3Yoh 1:1), barangkali anggota jemaat di salah satu gereja di daerah Asia Kecil. Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

Mendekati akhir abad pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka (ayat 3Yoh 1:5-8; bd. 2Yoh 1:10). Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan murah hati menyokong dan menampung para pekerja keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-8). Akan tetapi, ada seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus Yohanes.

Tujuan

Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan jalan untuk kunjungannya sendiri.

Survey

Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.

1. Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi saudara seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).
2. Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena kesombongannya ("ingin menjadi orang terkemuka", ayat 3Yoh 1:9) beserta manifestasinya: menolak surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9), memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang yang menerima mereka (ayat 3Yoh 1:10).
3. Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi baik dan setia kepada kebenaran (ayat 3Yoh 1:12).


Ciri-ciri Khas

Dua ciri utama menandai surat ini.

1. Sekalipun singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi sejarah gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.
2. Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini. Meskipun demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3 Yohanes menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan tidak disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang percaya tidak dituduh mendukung perbuatan jahat.

Outline III Yohanes

I. Pendahuluan 1-4
A. Salam Pribadi 1
B. Ungkapan perasaan pribadi 2-4
II. Kewajiban untuk bersikap ramah 5-8
A. Upah dari Keramahan 5
B. Hasil dari keramahan 6
C. Alasan-alasan untuk bersikap ramah 7-8
III. Bahaya Keangkuhan 9-12
A. Contoh keangkuhan 9
B. Keangkuhan dikutuk 10
C. Keangkuhan dikontraskan 11,12
IV. Penutup 13-14


YUDAS

Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan : 70-80 M

Latar Belakang

Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (ayat Yud 1:1). Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri.

Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (ayat Yud 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa yang harus dipercaya (ayat Yud 1:19,22) dan bagaimana harus berperilaku (ayat Yud 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip ini sebagai "orang-orang fasik" (ayat Yud 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa Roh Kudus"
(ayat Yud 1:19).

Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4 mempunyai sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas mengetahui tentang 2 Petrus (ayat Yud 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 2PETRUS").

Tujuan

Yudas menulis surat ini

1. Untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan
2. Untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit dan "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (ayat Yud 1:3).

Survey

Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2), Yudas menyatakan bahwa tujuannya mula-mula ialah menulis tentang sifat keselamatan (ayat Yud 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4). Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18), berkompromi seperti Kain (ayat Yud 1:11), serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11), suka memberontak seperti Korah (ayat Yud 1:11), congkak (ayat Yud 1:8,16), penipu (ayat Yud 1:4,12), sensual (ayat Yud 1:19) dan memecah-belah (ayat Yud 1:19). Yudas menyatakan kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (ayat Yud 1:5-11). Gambaran dua belas ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah (ayat Yud 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah (ayat Yud 1:20-23). Yudas menutup suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (ayat Yud 1:24-25).

Ciri-ciri Khas

Empat ciri utama menandai surat ini.

1. Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.
2. Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7), tiga ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL (ayat Yud 1:11).
3. Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada sumber-sumber tertulis:
a. Alkitab PL (ayat Yud 1:5-7,11),
b. Tradisi Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan
c. 2 Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari rasul-rasul (ayat Yud 1:17-18).

4. Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.


Outline Surat Yudas

I. Identifikasi, salam dan maksud penulisan 1-4
II. Nasihat untuk waspada terhadap guru-guru palsu 5:16
III. Berbagai nasihat untuk orang Kristen 17-23
IV. Berkat 24,25